Rakernas AFKSI Munculkan Empat Rekomendasi Peningkatan Mutu Kesehatan dan Kedokteran

Rakernas AFKSI Munculkan Empat Rekomendasi Peningkatan Mutu Kesehatan dan Kedokteran

RAKERNAS. Fakultas Kedokteran UGJ menjadi tuan rumah Rakernas AFKSI bertema Bersinergi dan Beradaptasi dalam Inovasi Kebijakan Pendidikan Kedokteran di Kota Cirebon, Jumat - Minggu (12-14/7). FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

CIREBON - Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) menjadi tuan rumah Rakernas Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia (AFKSI) bertema Bersinergi dan Beradaptasi dalam Inovasi Kebijakan Pendidikan Kedokteran di Kota Cirebon, Jumat - Minggu (12-14/7).

Rakernas ini diikuti 54 fakultas kedokteran perguruan tinggi swasta seluruh Indonesia. Sebanyak 170 delegasi hadir dalam kegiatan tersebut. Mereka adalah dekan dan unsur pimpinan di fakultas kedokteran masing-masing.

Dekan Fakultas Kedokteran UGJ, dr Catur Setiya Sulistiyana MMEd Ed mengatakan ditunjuknya Fakultas Kedokteran UGJ sebagai tuan rumah Rakernas AFKSI merupakan suatu kebanggaan bagi UGJ. 

"Alhamdulillah FK UGJ Cirebon dipercaya mendapat mandat menjadi tuan rumah kegiatan ini dan membawa manfaat bagi FK swasta dan tentunya manfaat bagi ketersediaan dokter di Indonesia," katanya.

Sementara itu Ketua Pengurus Besar AFKSI, Dr dr H Artha Budi Susila Duarsa MKes menjelaskan, pada Rakernas AFKSI dibahas empat topik penting berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan dan kedokteran di Indonesia. 

"Topik-topik yang kita bahas dalam rakernas ini adalah topik-topik yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan dan kedokteran yang ada di Indonesia," jelas Artha.

Topik pertama mengenai akreditasi internasional. AFKSI mendorong proses akreditasi internasional  bagi fakultas kedokteran swasta dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes).

Hal itu menyusul diresmikannya Lembaga Akreditasi Internasional LAM-PTKes untuk Bidang Ilmu Kedokteran. LAM-PTKes merupakan satu-satunya Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan di Indonesia.

"Untuk akreditasi internasional karena sekarang ini untuk FK swasta bisa dicanangkan oleh LAM-PTKes apalabilan FK itu sudah bisa unggul itu untuk akreditasi internasionalnya di laksanakan di LAM-PTKes," kata dia. 

Kedua berkaitan upaya mendorong fakultas kedokteran mempunyai rumah sakit pendidikan sendiri. Artha mengatakan, dari 54 fakultas kedokteran swasta se Indonesia baru 10 persennya saja yang punya rumah sakit pendidikan. 

"Belum semua fakultas pendidikan punya rumah sakit pendidikan sendiri. Kebanyakan fakultas kedokteran itu rumah sakit pendidikannya itu bersama rumah sakit pemerintah pemerintah dan rumah sakit BUMN yang lainnya," ujar dia. 

Yang tak kalah penting, lanjut Artha ialah wacana pendidikan dokter spesial berbasis rumah sakit (hospital base). Hal ini untuk mendorong percepatan lahirnya dokter-dokter spesial baru. 

"Kami juga menyambut baik dokter sprsialis hostpital base tujuannya memproduksi dokter spesialis yang dibutuhkan dan mendistribusikanya di tempat yang membutuhkan," tambah dia.

Selanjutnya, topik seputar uji kompetensi dokter yang disesuaikan dengan UU nomor 17/2023 tentang Kesehatan. Menurut Artha, AFKSI menyadari perlunya programatic assesment atau uji kompetensi bagi calon dokter. 

Sumber: