10 Tahun Konsisten Kumpulkan Sampah

10 Tahun Konsisten Kumpulkan Sampah

RAKYATCIREBON.ID – Persoalan sampah di Kabupaten Cirebon ini akut. Tak pernah tuntas. Berbagai program prioritas penanganan sampah pun dilakukan. Termasuk pengadaan Tempat Pembaungan Akhir Sampah (TPAS).

Tapi, tak pernah terealisasi. Dibalik keruwetan itu, ada gerakan pemuda. Mengatas namakan Pemuda Ramah Lingkungan (Perali) Tegalgubug. Gerakannya baru di satu blok. Yakni Blok Baitul Hikmah. Tapi, mereka konsisten mengumpulkan sampah dari warga. Bahkan, sudah berlangsung cukup lama. Hingga 10 tahun lamanya.

Sekretaris Perali Tegalgubug, Ahmad Khozin menyatakan, selama kurun waktu 10 tahun itu, kegiatannya dinilai sederhana. Namun bermakna. \"Kita menyebarkan karung ke rumah-rumah warga. Lalu setiap minggu tepatnya Kamis sore, kita mengambil karung tersebut. Warga sudah mengisinya dengan sampah,\" katanya, Jumat (3/12).

Sampah yang dikumpulkan warga itu jenisnya beragam. Baik sampah kering maupun sampah basah. Semua ditampung. Sampah yang bisa didaur ulang, dipisahkan. Seperti botol plastik, bekas kardus, kertas dan lainnya.

\"Kalau sudah terkumpul, kita menyortir sesuai jenisnya,\" kata dia.

Nantinya, sampah-sampah itu tidak dibiarkan begitu saja. Tapi dijual. Pastinya berdaya guna dan menghasilkan. Bagi kebanyakan orang, sampah dianggap sebagai sumber masalah serius. Tapi, disatu sisi, banyak juga masyarakat yang berprilaku buruk mengenai sampah. Semua itu, kata Khozim lantaran kurangnya kesadaran masyarakat. Akhirnya banyak yang membuang sampah sembarangan.

“Padahal, sampah itu, adalah emas yang tercecer,” katanya.

Bahaya membuang sampah sembarangan, efeknya tidak hanya diterima si pembuang saja.

\"Kan kalau banjir tidak ke satu orang. Atau yang membuang sampah sembarangan saja. Tapi semuanya kena dampaknya,\" kata dia.

Sampah itu lanjutnya, bisa dimanfaatkan. Bahkan bisa menjadi ladang usaha menjanjikan. Caranya, dengan mendaur ulang. Ketika dijual, tentu menghasilkan. Perali belum sampai sejauh itu. Mereka hanya memilah dan menjual ketika sampah itu, bernilai.

\"Dan dari penjualan ini uangnya digunakan untuk kegiatan sosial. Merayakan hari besar nasional dan hari besar Islam. Uangnya ita kumpulkan. Dan pada saat ingin melaksanakan acara, tidak harus memungut kepada warga. Untuk kami, hanya menyisihkan buat makan saja,” terangnya.

Gerakan Perali ini, kata Khozin tidak semuanya mulus. Tetap mengalami hambatan. Ia bersama 20 pemuda lainnya, pernah mengalami cibiran warga. Dianggap, hanya gebrakan sambel. Hanya rame diawal-awal saja. Tapi kini, usia 10 tahun sudah membuktikan, Perali masih konsisten.

“Kedepan, kami ingin memanfaatkan sampah basah. Untuk bisa menghasilkan maggot. Masih dicari formulasinya,” tegasnya.

Terpisah, Pembina Perali Tegalgubug, Ahmad Fawaz menjelaskan, gerakan pemuda di bloknya itu, merupakan sedikit ikhtiar untuk penanganan sampah. Dengan memilah sampah plastik ke rumah-rumah warga. Ia pun berharap, kegiatan tersebut, bisa diterapkan oleh kuwu terpilih Desa Tegalgubug.

Sumber: