Peringati Hari Guru, PGRI Terus Perjuangkan Honorer

Peringati Hari Guru, PGRI Terus Perjuangkan Honorer

RAKYATCIREBON.ID – Momentum Hari Guru Nasional tahun 2021 ini, menjadi ajang bagi PGRI untuk mewujudkan harapan. Terkait kesejahteraan guru honorer. Pasalnya, saat ini kesejahteraannya belum diperhatikan.

\"Kesejahteraan guru honor, kami perjuangkan. Karena mereka (guru honor,red) gajinya hanya Rp300 ribu sampai Rp500 ribu perbukannya. Tidak cukup untuk makan juga,\" kata Ketua PGRI Kabupaten Cirebon, Yeyet Nurhayati SPd, disela memberikan sambutan dalam momentum Hari Guru Nasional, Kamis (25/11).

Makanya kata Yeyet, banyak diantara guru honorer yang melakukan kerjasampingan. Mulai dari ngojek sampai jadi buruh pencabut rumput.

\"Itu banyak. yang jadi tukang ojek, kuli bangunan dan ada juga yang menjadi kuli pencabut rumput. Saya miris. Sedih sekali. Kami memohon, agar Pemkab memberikan insentif,\" kata Yeyet, dihadapan para pejabat Pemkab.

Secara khusus, Yeyet pun meminta agar bupati bisa mengeluarkan insentif itu. Agar, guru semangat dalam mengajarnya. Karena tutur Yeyet, bagaimana kualitas pendidikan akan meningkat, ketika kesejahteraan pengajarnya tidak diperhatikan.

\"Kalau kesejahteraanya kurang, bagaimana guru akan semangat dalam mengajar anak-anak. Jadi kami usulkan, ditahun 2022 agar kesejahteraan guru honorer yang belum masuk kategori P3K,\" katanya.

Kebetulan kata Yeyet, seleksi tahap pertama sudah digelar. Sebanyak 40 persen yang sudah dinyatakan lolos. Nanti, diseleksi tahap kedua P3K, diharapkan angka kelulusannya bisa meningkat.

\"Kuota untuk kita itu, terbanyak. Sebanyak 4 ribuan untuk P3K. Mudah-mudahan bisa banyak yang lolos tahap kedua. Kalau harus berkontestasi ditahap ketiga, nanti bareng dengan kontestan dari daerah lain. Lebih berat,\" terangnya sambil menambahkan untuk tahap kedua ini, pihaknya belum menyiapkan langkah apapun.

Sementara itu, Bupati Cirebon, Drs H Imron MAg berharap di Hari Guru Nasional kali ini, guru harus menjadi suritauladan. Baik dalam pemikiran dan perubahan mindset dan cultureset.

\"Karena perubahan kemajuan kesejahteraan itu dari ilmu. Disana ilmu itu yang mengajarkan. Tapi ilmu harus bisa membawa perubahan dalam pola pikir. Dalam mindset dan culturesetnya,\" katanya.

Imron menjelaskan pihaknya bersyukur, dalam seleksi P3K belum lama ini, angka kelulusannya bertambah. Menjadi 47 persen. \"Tadinya kan yang lulus keangkat itu, hanya 337. Tapi dengan kita mengusulkan didukung PGRI dan Korpri akhirnya nambah. Jadi 1.718,\" ungkapnya.

Artinya, ada peran dari PGRI dalam meningkatkan jumlah peserta yang lulus. \"Perjuangan PGRI tidak bisa dianggap remeh. Akhirnya kan dipernuhi permintaan kita, untuk menurunkan standar penilaian. Sehingga angka kelulusannya nambah,\" pungkasnya. (zen)

Sumber: