Berjuang Menemukan dan Mengobati Pasien TBC di Tengah Pandemi

Berjuang Menemukan dan Mengobati Pasien TBC di Tengah Pandemi

DI tengah Pandemi, Rumah Sakit Pertamina Cirebon (RSPC) tak hanya fokus menangani pasien Covid-19, tapi juga tetap konsen mengobati pasien Tuberkolosis (TBC) yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon.

Di wilayah pesisir utara Cirebon, atau di lokasi yang dekat RSPC berdiri, populasi penduduk yang terkena TBC atau yang sering dikenal dengan TB juga tak kalah mengkhawatirkan. Di lingkungan yang padat penduduk dan kumuh, mikro bakteri ini lebih cepat menular.

Data dari Januari hingga November 2021 menyebutkan ada 80 pasien yang mendapat perawatan dari RSPC. Jumlah itu sudah sedikit menurun jika dibandingkan tahun 2020 lalu yakni 99 pasien.

TB merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh kuman mycobacterius tuberculosis. TB menjadi sangat dikenal di Indonesia dengan kasus penyebaran yang sangat tinggi.  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dengan kasus TB di dunia setelah India dan China.

Itu pula yang menjadi alasan bagi RSPC untuk terus membantu menemukan dan mengobati pasien TB, terutama yang dekat dengan lokasi RSPC berada, hingga mewujudkan cita-cita Kemenkes yakni Indonesia bebas dari  TB pada tahun 2030.

Langkah yang diambil RSPC ini juga selaras dengan program Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) Tuberkolosis (TB) yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Untuk memudahkan dalam menemukan dan mengobati pasien TB, manageman RSPC membentuk tim yang diberinama Tim TB DOTS, berjumlah 19 orang yang terdari dari dokter, perawat, hingga petugas laboratorium.

Tim DOTS yang singkatan dari Directly, Observed, Treatment, Short Course tersebut dipimpin oleh dokter spesialis paru, dr Edy Kurniawan Sp.P.  

Penjabaran DOTS yang dilakukan oleh RSPC yakni Pusatkan (Direct attention) pada identifikasi Bakteri Tahan Asam (BTA) positif, Observasi (Observe) langsung pasien, lakukan pengobatan (Treatment) dengan regimen obat, dan OAT jangka pendek (Short Course) melalui pengelolaan, distribusi dan penyediaan obat yang baik.

Tim yang menangani pasien TB membuat strategi DOTS kepada pasiennya. Hal ini dikarenakan pengobatan TB yang membutuhkan keteraturan hingga pasien dinyatakan sembuh. Pengobatan TB dengan strategi DOTS ini merupakan satu-satunya pengobatan TB yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization).

Untuk mendukung kerja tim, pihak manageman RSPC juga menyediakan fasilitas berupa laboratorium, ruangan rawat inap, rawat jalan, SDM yang memadai, perlatan peraga yang memadai, hingga tatalaksana rumah sakit yang mendukung.

Selain mengobati, tim DOTS RSPC juga rutin melakukan pencatatan dan melaporkan setiap tiga bulan sekali ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, yang akan diteruskan ke Kementerian Kesehatan RI.

Menemukan dan mengobati pasien TB bukanlah hal mudah. Apalagi di tengah masa Pandemi Covid-19, tim akan lebih selektif, dan menggunakan pelindung diri yang lebih ketat. Belum lagi soal penolakan dari pasien TB, yang tidak mau diobati secara rutin tanpa henti hingga tuntas.

“Mendeteksi, menemukan warga yang positif TB juga susah, di tengah banyaknya pasien Covid. Tak jarang ditemukan, pasien Covid juga adalah mengidap penyakit TB,” kata dr Caroline Anggraeni, wakil ketua Tim DOTS.

Sumber: