Panen Bawang Merah Bawa Berkah

Panen Bawang Merah Bawa Berkah

RAKYATCIREBON.ID - Musim panen bawang merah tidak hanya menguntungkan para petani bawang merah di wilayah Kecamatan Kadipaten dan Kertajati. Namun juga membawa berkah bagi warga sekitar yang bersedia memunguti bawang yang jatuh atau tidak tergali pemiliknya, kemudian menjualnya dengan harga mahal Rp15.000 basah.

Menurut keterangan sejumlah warga yang setiap hari memunguti bawang sisa panen, dalam sehari mereka bisa memperoleh bawang hasil memungut atau warga menyebut mupuri. Bisa diperoleh hingga mencapai lebih 10 kg. Bawang hasil mupuri ini mereka jual kepada pengepul seharga Rp15.000 per kg.

“Di saat sepi pekerjaan, karena belum musim tanam padi, sekarang hampir sebagian besar warga memunguti bawang sisa panen. Hasilnya lumayan bisa untuk belanja keluarga,” ungkap Inah salah seorang warga asal Desa Pakubeureum, kemarin.

Menurutnya, memungut bawang sisa panen dilakukan tiga kali dalam sehari. Pagi mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB. Siang berangkat lagi usai salat Dzuhur hingga menjelang Ashar. Dan kembali lagi usai salat Ashar hingga menjelang Magrib. Sekali berangkat diperoleh 3- 4 kg bawang.

Hal yang sama dilakukan tetangganya Ade dan Erus yang tiap hari berkeliling sekitar kampungnya mencari kebun yang tengah dipanen. Ketika berangkat dari rumah, mereka membawa karung plastik atau waring serta alat congkelan atau kored untuk menggali bawang yang tertinggal ketika dipanen pekerja. Setelah perolehan banyak, mereka baru pulang ke rumah.

Bawang yang mereka peroleh ini hasil memungut dari pukulan yang jatuh. Atau tertinggal saat dikumpulkan pekerja usai dicabuti serta hasil menggali dari rumpun yang terlewati tidak diambil pekerja.

Hasil panen, katanya, langsung dijual kepada penduduk setempat atau dijual kepada pengepul, karena kebetulan di wilayahnya ada yang menampung. Atau dijual kepada warga Jatitujuh, pedagang yang sengaja mencari bawang hasil memungut para pemulung.

“Sekarang tidak ada pekerjaan. Kebetulan harga bawangnya mahal. Kondisi bawangnya juga bagus,” ungkap Ade.

Yang memunguti bawang ini, menurut mereka, tidak hanya orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan di saat paceklik, namun juga banyak anak-anak kecil mulai usia SD hingga remaja.

Tak heran jika di perkebunan, bawang yang baru dipanen banyak anak-anak dan orang dewasa yang memunguti bawang. Kemudian menjualnya kepada pengepul yang datang ke rumah-rumah warga.

Saat ini, perkebunan bawang yang tengah dipanen di Desa Pakubeureum dan Karangsambung baru beberapa ratus hektar saja tersebar di beberapa titik. Seperti di Blok Cambay dan Nyalindung, Desa Pakubeureun, serta Leuweung Bata, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten juga sebagian Desa Kertawinangun.

“Di Blok Ciboer dan Nyalindung belum dipanen. Mudah-mudahan penghasilan bisa terus manjang. Harga juga bisa tetap mahal. Puncak panen diperkirakan sepuluh hari ke depan,” kata Entur.

Di Desa Pakubeureum dan Kadipaten, ada ratusan hektar areal tanaman bawang merah. Para petaninya hampir seluruhnya berasal dari Brebes.

Mereka setiap tahun menyewa lahan selama tiga bulanan di beberapa wilayah di Kecamatan Kadipaten, Kertajati dan Jatitujuh. Para pekerjanya mendirikan tenda atau gubuk dari terpal di pinggir sawah hingga bawang dipanen. (hsn)

Sumber: