Pelajar SMA Belum Divaksin Semua
RAKYATCIREBON.ID – Kepala KCD Pendidikan Wilayah X Jawa Barat, Dra Hj Esther Miory Dewayani MMPd menjelaskan belum semua pelajar SMA/SMK/SLB mendapat vaksin.
Rupanya, dari 46 ribu jumlah siswa se wilayah KCD X, baru 65 persen saja, yang sudah divaksinasi. “Belum semua. Capaian vaksinasi, sampai hari ini baru 65 persen. Masih ada yang belum. Tapi ada juga yang masih berjalan (vaksinasinya, red),” katanya, kemarin.
Wilayah KCD X sendiri, meliputi Kota-Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan. Ia menyampaikan beberapa siswa yang belum mendapatkan vaksin, berada di daerah terpencil. Yang aksesnya jauh dari perkotaan. Sebut saja, seperti di Kuningan.
“Kemarin, saya ke Kuningan. Disana ternyata yang jauh-jauh, belum semua,” imbuhnya, sambil menambahkan sampai saat ini, pihaknya masih menantikan adanya sumber-sumber vaksin yang bisa dilakukan di sekolah
Kendati demikian, ia pun patut berbangga. Mengingat, pemahaman pelajar SMA/SMK/SLB sudah bahwa vaksinasi ini penting. Orientasinya bukan untuk bebasnya masuk ke mall. Tapi demi suksesi PTM. Bisa ke sekolah dan demi menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
Tapi, berdasarkan kebijakan, tentu saja meskipun mereka sudah di vaksin, kata dia, kegiatan KBM Tatap Muka ini masih terbatas. Artinya didesign 50 persen atau bahkan 30 persen dari siswa yng ada, itu diperbolehkan datang ke sekolah melaksanakan PTM. Tentu saja dengan beragam pertimbangan. Mulai dari persyaratan prokes yang harus dilalui. Kemudian kantin sekolah belum diperbolehkan buka, serta dilarangnya para pedagang disekitar sekolah.
Selain itu, siswa pun ditegaskan agar selesai pembelajaran, bisa langsung pulang ke rumah masing-masing. Artinya, guru juga tidak memberikan tugas-tugas kelompok yang nanti anak-anak bisa punya peluang untuk keluar rumah.
“Insyaallah, guru tidak akan memberikan tugas yang akan dilakukan secara kelompok,” katanya.
Adapun terkait pelaksanaan PTM, sekolah menawarkan dua rumus. Yakni sekolah secara tatap muka, dan daring. Tapi, pihaknya memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk melakukan gabungan. “Misalnya pada saat teman-temannya melakukan pembelajaran daring dirumah, maka teman-temannya juga di luring. Artinya bisa dimodiflah,” pungkasnya. (zen)
Sumber: