Petambak Masih Sulit Produksi Garam
RAKYATCIREBON.ID - Petambak garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon masih bergantung dengan alam. Saat masih turun hujan, sulit menghasilkan garam. Mayoritas petambak pun harus menunggu sampai kemarau datang.
Di tahun ini, sebenarnya sejak Mei lalu, sudah ada yang mulai mengelola lahan tambak. Tapi, hasilnya belum maksimal. Lantaran pasang air laut atau rob sering terjadi. Lahan tambak garam kerap terendam.
Sehingga, proses pengeringan memakan waktu lama. Itu terjadi hampir kepada kebanyakan petambak garam. Kecuali, beberapa petambak yang lahan garapannya cukup jauh dari laut dan mereka yang pengolahan garamnya menggunakan plastik atau geomembran.
Musim panas tahun ini pun, banyak lahan garam yang tak bisa diolah karena masih sering terendam rob, jumlahnya mungkin mencapai ratusan hektare.
\"Malah di blok sana yang dekat keluar masuknya rob, sejak tahun lalu tidak bisa digarap,\" kata Rohadi salah satu petambak garam desa setempat.
Petambak lainnya, Tohari mengaku tak hanya susah memproduksi garam, saat panen, harga jual pun seringnya ancur. Karena, masuknya garam impor, harga garam terkadang dipermainkan para tengkulak.
\"Sekarang belum banyak yang panen harganya Rp 400 /kg,\" katanya.
Tentu, kata Tohari, ketika sudah banyak yang panen, stok garam melimpah, tak menutup kemungkinan harga pun tambah merosot.
\"Yang menentukan harga garam di sini tengkulak. Biasanya kalau sudah banyak yang panen ya harganya tambah rendah. Rp 50 /kg juga pernah kok,\" katanya.
Kendati demikian, bagi petambak, tetap bertahan menjadi pilihan. Melestarikan peninggalan leluhur, sekaligus menjaga alam. Meskipun kerap kali berseberangan dengan hasil yang didapat.
\"Disamping itu kebutuhan ekonomi keluarga tak bisa ditunda-tunda. Makanya, bertahan tetap menjadi pilihan,\" pungkasnya. (zen)
Sumber: