Tanggul Cimanuk Nyaris Jebol, BBWS Kemana?

Tanggul Cimanuk Nyaris Jebol, BBWS Kemana?

RAKYATCIREBON.ID - Tanggul Sungai Cimanuk di Kampung Kaputren Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh nyaris jebol. Warga berinisiatif membuat penahan air dengan karung yang diisi tanah.

Pasalnya, BBWS yang punya wewenang untuk memperbaiki, responsnya lamban. Kerja swadaya yang dilakukan warga, untuk meminimalisir luapan ke pemukiman penduduk dan ratusan hektar persawahan.

Perbaikan secara manual itu menggunakan ratusan karung pasir dan puluhan sesek bambu.

\"Masih terus kita lakukan perbaikan. Warga memasang sesek bambu, terpal dan ratusan sak pasir. Karena kemungkinan sangat sulit kalau menggunakan alat berat. Lokasinya di tengah persawahan,\" terang Kades Putridalem, Endah Hendrawati, Sabtu (27/2).

Sedikitnya, ada 60 lembar sesek bambu, 500 karung pasir, 20 lembar terpal dan puluhan batang bambu milik warga, yang dipersiapkan untuk menutup tanggul secara darurat.

Ia memberikan semangat kepada warga yang gotong royong melakukan perbaikan tanggul.

Mayoritas mata pencaharian warga Putridalem ialah bertani. Jika tanggul jebol ini tak teratasi, maka akan mengancam pertanian di wilayah Kampung Kaputren tersebut.

\"Tentunya habis ini akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengatasi tanggul jebol. Dan fokus kepada tanaman padi yang saat ini tergenang dan terancam gagal panen karena banjir,\" terangnya.

Endah menyebut, di Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh sendiri, warga yang terdampak banjir tersebar di Blok Kaputren sebanyak 400 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 1.330 orang.

Sementara di Blok Bojong Roreng sebanyak 117 KK dengan jumlah 220 orang. Untuk Blok Desa hanya ada 10 KK dengan jumlah 40 orang.

“Alhamdulillah di Blok Desa hanya sedikit. Wilayah terparah justru ada di Blok Bojong Roreng. Bahkan selama dua hari pasca banjir, Bojong Roreng masih terisolir,” sebutnya.

Sebagai informasi, Desa Putridalem sendiri memiliki jumlah penduduk 3.586 jiwa yang tersebar di tiga blok yang wilayahnya terpisah.

Endah mengaku, banyak kerugian yang dirasakan dari dampak banjir tersebut. Terutama kerusakan fisik, ternak, dan pertanian. Untuk bangunan, ada dua yang rusak cukup parah. Yakni balai kampung dan balai budaya di Blok Kaputren.

“Ternak banyak yang mati seperti kambing, budidaya ikan, jamur, dan kebon tebu hancur. Selain itu, ada sekitar 20 hektar areal padi terancam gagal panen,” ujarnya.(hsn)

Sumber: