UGJ Lepas 559 Mahasiswa KKN di Cirebon dan Kuningan
RAKYATCIREBON.ID – Program pengabdian sebagai bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi kembali dilakukan Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun akademik 2019/2020. Per Selasa (11/2) hingga Senin (16/3) 559 mahasiswa UGJ ikuti KKN di 40 desa yang tersebar di 9 kecamatan di Kabupaten Cirebon dan 2 kecamatan di Kabupaten Kuningan.
Ketua Pelaksana KKN, Harmono SH MH mengatakan, dari 559 peserta KKN terdiri dari 224 mahasiswa dan 329 mahasiswi yang berasal dari Prodi Ilmu Hukum 153, Manajemen 70, Akuntansi 2, Bahasa dan Sastra Indonesia 62, Pendidikan Bahasa Inggris 77, Pendidikan Matematika 51, Pendidikan Ekonomi 52, FISIP Administrasi Negera 1, Fakultas Teknik Sipil 35, Pendidikan Dokter 60 dan Pendidikan Guru SD 53.
Mereka didampingi 40 dosen pembimbing yang sudah berpengalaman dalam hal pengabdian juga sudah diberi pembekalan pendampingan KKN pada 4 dan 5 Februari 2020 bertempat di Sanggar Lingkungan Hidup Desa Kreo, Klangenenan, Cirebon.
Harmono melanjutkan, tema KKN kali ini ialah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Potensi Desa. Luaran yang dicapai, lanjut dia, ialah berupa terbitnya buku layak ISBN dan tinjuan profil desa lokasi KKN.
Penentuan desa lokasi KKN, masih kata Harmono, didasarkan pada permintaan kepala desa yang sudah kerjasama dengan UGJ. Juga atas permintaan dosen pembimbing lapangan yang sedang melaksanakan pengabdian atau penelitian bersama mahasiswa.
“Dan yang lebih penting adalah untuk menjaga keberlangsungkan KKN sebelumnya,” tambah dia.
Sementara itu, Rektor UGJ, Dr H Mukarto Siswoyo MSi menjelaskan, sebagian desa lokasi KKN 2019-2020 merupakan kelanjutan dari KKN sebelumnya. Sehingga program peserta KKN periode sebelumnya bisa diteruskan oleh peserta KKN tahun ini.
Berdasarkan pengamatannya, Mukarto menilai, KKN UGJ sudah menunjukan hasil positif. Program monumental peserta KKN sudah mulai dirasakan desa lokasi KKN. Hal itu sejalan dengan visi KKN UGJ dalam pengembangan desa yang tak hanya berbentuk pembangunan fisik. Melainkan cara berpikir yang maju.
“Kita optimisme yang bisa mereka hasilkan di lapangan. Saya katakan itu monumen bukan berarti wujud fisik, tapi merupa cara berpikir, merubah sikap, merubah perilaku itu yang lebih penting supaya kehadiran peserta KKN dalam rangka membantu masyarakat untuk membantu dirinya sendiri,” tambah dia. (wan)
Sumber: