Prof Maksum Guru Akademik dan Kehidupan

Prof Maksum Guru Akademik dan Kehidupan

oleh: Ahmad Yani
(Ketua LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon/Ketua Attaqwa Centre Cirebon)

Dalam kata mutiaranya Ki Hajar Dewantara mengatakan: Jadikanlah setiap tempat adalah Sekolah, dan jadikan setiap orang adalah guru salah satunya adalah Prof. Maksum.

Selama kurang lebih 24 tahun saya beinteraksi dengan beliau, bukan sebatas guru-dosen dalam kelas di kampus, melainkan saya dapat bersekolah dimanapun bersama beliau, karena itu bagi saya Prof. Maksum adalah guru akademik”, sekaligus juga sebagai guru kehidupan”.

Dalam pandangan sebagian orang, guru hanya dipahami sebagai pengajar di sekolah atau kampus. Namun pandangan ini tidak berlaku untuk Prof. Maksum. Bagi saya Prof Maksum adalah bukan sekedar guru-dosen yang mengajar di kampus, melainkan guru dalam kehidupan. Saya mendaptkan bimbingan belajar dari beliau semenjak saya mengenyam pendidikan Sarjana (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Bandung di Cirebon tahun 1992-1996 silam. Interaksi saya sebagai mahasiswa dan dosen saat itu pada awalnya masih sangat bersifat formal, mengingat saya semasa kuliah di program Strata 1 diamanahi teman-teman sekelas sebagai Kosma seumur hidup (Kosma selama 4 tahun, selama kuliah S1).

Interaksi saya dengan Prof. Maksum semakin intens diakhir perkuliahan S-1, tidak lagi bersifat formal, melainkan juga bersifat informal. Komunikasi dengan beliau bukan hanya urusan kelas dan mata kuliah, melainkan bimbingan di organisasi dan sering berbincang tentang tantangan masa depan. Ketika saya aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Cirebon, kerap kali mendapatkan masukkan tentang pengembangan organisasi, Keislaman dan Keindonesiaan. Trah” ilmu Keislaman dari sang ayah alm. Almaghfurlah KH. Mukhtar sebagai salah satu ulama kharismatik (Pendiri Pondok Pesantren Ikhwanul Muslimin) di Babakan Ciwaringin sangat nampak pada pribadi Prof. Maksum, ketika beliau memberikan penjelasan tentang berbagai konsep Ke-Islaman. Begitu juga dalam hal Keindonesian, nalar intelektualnya nampak mengalir dengan wawasan kebangsaan-keindonesiaan yang luas, memberikan persepktif tersendiri dalam wacana Islam Aktual dan Keindonesiaan kala itu.

Tibalah saatnya saya menyelesaikan kuliah S-1 pada tahun 1996. Rancangan tentang masa depan pasca S1 sudah saya tanamkan bersama sahabat-sahabat Pergerakan, bahwa saya harus lanjut ke-S2 (program magister) yang pada masa itu belum terlalu booming untuk alumni seperti saya.
Dalam kondisi seperti itu, Prof Maksum kembali hadir, dan turut meneguhkan tentang masa depan saya untuk mampu melanjutkan studi di S-2. Beliau kembali memotivasi, di tengah-tengah ada sedikit keraguan saya untuk mampu menembus studi di S2, terutama kemampuan biaya. Lir ibarat Mahatma Gandi, seorang tokoh revolusioner India pernah berkata masa depanmu tergantung pada apa yang kamu lakukan hari ini”. Prof. Maksum menegaskan “kalau anda belajar maksimal dan mempersiapkannya dengan matang, anda bisa studi lanjut di S-2 dengan beasiswa” Saya mengingat betul kata-kata motivasi beliau dan saya camkan baik-baik. Selanjutnya, saya berusaha memaksimalkan persiapan menuju studi lanjut di S-2, dengan mengambil kursus TOEFL di Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UGM selama 4 bulan tahun 1997 sampai akhirnya saya diterima sebagai mahasiswa angkatan pertama di Program Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 1997 dengan beasiswa Kementerian Agama Republik Indonesia. Terima kasih Prof. Maksum, sang motivator kehidupan saya.

Bimbingan Prof. Maksum sebagai dosen, tidak cukup sampai di S1 namun ternyata Allah taqdirkan kembali untuk bertemu beliau di konsentrasi Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 1997, saat itu beliau mengampu Mata Kuliah Naskah Pendidikan Islam. Disanalah persentuhan intelektual dengan beliau sangat terasa. Terlebih pola dan situasi pembelajaran di Pascasarjana sangat berbeda dengan model pembelajaran di S-1. Book report naskah buku pendidikan Islam berbahsa Arab menjadi tugas inti MK Naskah pendidikan Islam yang diampu beliau. Sampai pada gilirannya setiap mahasiswa yang akan presentasi, terkadang dibuat tegang, karena harus bersiap-siap membaca membaca teks/naskah berbahasa arab gundul (maklum waktu itu tidak semua mahsiswa S-2 berlatar belakang pendidikan pondok Pesantren yang mampu membaca huruf arab gundul/kitab kuning). Pada waktu itu naskah yang dibaca tentang Konsep Pendidikan Islam dalam Pemikiran Khotib al Baghdadi” (ulama Sunni ahli hadits dan sejarawan, wafat 1071 M) yang juga memiliki konsep tentang pendidikan. Beliau secara teliti mendengar, mengamati satu persatu mahasiswa yang sedang membaca naskah berbahasa Arab tersebut, sampai sesekali beliau harus membetulkan bacaan mahsiswa yang terkadang keliru, baik cara membacanya, mapun menterjemahkannya.

Demikian semangat dan kegigihan seorang Prof. Maksum dalam memberikan bimbingan akademik di kampus kepada para mahasiswa S-2 waktu itu. Bagi saya bimbingan akademik Prof. Maksum terus berlanjut sampai pada penulisan Tesis, sehingga saya dapat menyelesaikan proses Studi di Program Magister Pendidikan Islam IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sosok tak pernah Lelah, Ciptakan Atmosfer Akademik

Geliat atmosfer akademik IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang semakin meningkat, tidak terlepas dari sosok cerdas dan tegas Prof. Maksum yang tak pernah lelah melakukan terobosan-terobosan dalam bidang akademik. Semasa beliau menjadi Rektor pertama kali pasca alih status dari STAIN menjadi IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2011-2014). Banyak hal yang beliau lakukan pada masa kepemimpinanya, antara lain disusunnya berbagai pedoman akademik, penguatan lembaga Penjaminan Mutu, Program Smart Campus, dan lainnya dalam bidang penelitian serta pengabdian kepada kepada masyarakat.

Prof. Maksum: Inisiator KKN Posdaya

Dalam pengabdian kepada masyakarat khsusnya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa, beliaulah yang mensupport penuh kami dalam hal pelaksanaan KKN Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di bawah koordinasi yayasan Damandiri, binaan Prof. Dr. Haryono Suyono. Saat itu saya mendapat amanah sebagai Sekretaris Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) mendampingi Dr. H. Samsudin, M.Ag (Selaku Ketua LPM, periode tahun 2011-2014). Suatu waktu (awal tahun 2011) saya dipanggil Prof. Maksum di Rektorat, setibanya di ruangan beliau hanya mengatakan : Coba silaturrahim ke LPPM Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) belajar KKN Posdaya disana. Selang satu minggu saya, Ketua dan Kasubag serta staf LPM langsung menuju Unsoed di Puwokerto untuk banyak belajar tentang penyelenggaraan KKN Posdaya. Sejak saat itulah pelaksanaan KKN mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggunakan model KKN Posdaya, hingga beberapa tahun berikutnya di bawah Koordinator Posdaya Wilayah II Jawa Barat, yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), sampai pada akhirnya IAIN Syekh Nurjati Cirebon terus mengembangkan Model KKN Posdaya sampai saat ini, disamping model KKN dengan pendekatan Participatory Action Reserch (PAR). Itu semua tidak terlepas dari inisiasi Prof. Maksum, semoga menjadi amal jariyah bagi almarhum.

Pesan terkahir Prof. Maksum: “Teliti Kembali Sejarah Berdirinya IAIN Cirebon\"

Prof. Maksum sangat mengerti tentang kondisi dan tantangan masa depan lembaga IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Beliau selalu mengingatkan kepada generasi saat ini jangan sampai melupakan sejarah beridirnya IAIN Cirebon. Termasuk jangan melupakan jasa-jasa founding father kampus ini, yaitu para ulama Pesantren di wilayah Cirebon. Pesan serupa disampaikan kembali Prof. Maksum pada saya (selaku Ketua LP2M) di tengah-tengah obrolan santai (Sabtu, 23 November 2019) : Mohon kepada LP2M untuk diadakan kembali penelitian tentang Sejarah bediri dan perkembangan IAIN Cirebon, ungkapnya di depan Rektor (Dr. H. Sumanta, M.Ag), Direktur Pascasarjana (Prof. Dr. H. Dedi Djuabedi, MA); dan narasumber Halaqoh Kemasjidan: Buya Syakur Yasin, Pimpinan Ponpes Candang Pinggan Indramyu; KH. Abdul Manan Abdul Ghani (Ketua PB NU) sebagai bagian rangkaian kegiatan Festival Tajug Nusantara dalam rangka peringatan hari Santri Nasional 2019. Menurut Prof. Maksum, dirinya pada saat menjadi Rektor sempat meminta Saudara Zaenal Masduqi, M.Ag untuk melakukan penelitian tentang sejarah berdirinya IAIN Cirebon, namun menurutnya penulisan sejarah IAIN Cirebon belum sampai tuntas, sehingga perlu diadakan penelitian kembali. Rupanya bagi saya saat itu merupakan pertemuan terkahir dengan Prof. Maksum, sehingga tanggal 15 Desember 2019 beliau menghadap Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Semoga pesan beliau dapat kami laksanakan!

Pembaharu di Masjid Raya At-Taqwa

Sumber: