Presiden 3 Periode, Wacana Racun
Sikap publik, terutama akademisi dan para ahli Hukum Tata Negara, umumnya menolak tegas gagasan 3 periode masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Siapa sesungguhnya “otak” gagasan 3 periode masa jabatan RI-1 dan RI-2. Menurut Sekjen PPP, Asrul Sani, politisi PAN yang pertama menggulirkan wacana ini. Kalau benar pendapat Sekjen PPP, saya sungguh terhera-heran! Sebab Amien Rais–lah, sobat saya di Chicago, yang PERTAMA KALI berani menantang Presiden Soeharto untuk mengubah pasal UUD 1945 tentang masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Untuk itu waktu itu dia berjuang dengan risiko kehilangan nyawanya. Kenapa sekarang Amien tutup mulut?
Pimpinan MPR, 6 dari 10 pimpinan setuju dengan wacana ini. Syahdan, Pimpinan MPR pun gesit sekalu melakukan sosialisasi.
Bagaimana posisi Istana, khususnya Presiden Jokowi?
Yang pertama melontarkan tanggapan dari Istana adalah Moeldoko, Kepala Staf Kantor Presiden. “Itu kan baru wacana? Wacana kan boleh?”
Fajroel, Juru Bicara Presiden, mengatakan Presiden pokoknya menuruti hukum positif. Hal ini berarti, secara implisit Fajroel ingin mengatakan kalau MPR setuju, ya Presiden ikut saja. Jadi, Presiden tidak punya sikap sampai saat ini alias membebek?
Terakhir, 2 hari yang lalu, Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, berkilah Presiden Jokowi [sampai sekarang] belum pikir untuk menjabat satu periode lagi.
Jadi, tiga petinggi Istana memberikan pandangan yang berbeda. Jokowi masih tutup mulut sampai Selasa 26 Nopember malam.
Berbeda dengan wacana Presiden dipilih oleh MPR seperti yang pertama dilontarkan oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo, Jokowi dengan spontan menjawab: TIDAK SETUJU. Lho saya dipilih oleh rakyat secara langsung, kenapa harus diubah jadi dipilih oleh MPR? Kata Jokowi dengan mantap kepada pers. Hal sama juga diutarakan oleh Presiden dengan spontan tentang usulan wakil rakyat dipilih oleh DPRD, bukan secara langsung, tanggapan Jokowi: tidak setuju.
Kenapa tentang wacana presiden menjabat 3 periode, Jokowi masih bungkam?
Dalam ilmu komunikasi, ada jargon yang mengatakan “silence denotes consent”. Diam mengandung arti setuju.
Jadi, siapa sesungguhnya “otak” wacana presiden menjabat 3 periode?
Pertama, wacana ini boleh jadi dilontarkan oleh para pendukung/partai politik fanatik Jokowi. Alasannya: seperti yang dikatakan oleh seorang politisi pendukung kuat Jokowi: demi stabilitas nasional dan kelangsungan pembangunan. Alasan ini mirip dengan alasan yang dilontarkan para pendukung Soeharto waktu itu: Jika Soeharto “tidak lanjut” kepemimpinannya, stabilitas nasional akan goyah dan negara akan kacau.
Para pendukung fanatik Jokowi berkilah bahwa kinerja pemerintah Jokowi, terutama di bidang pembangunan infrastruktur, luar biasa. Maka, harus dilanjutkan setelah 2024.
Tapi, bukankah pada waktu kampanye-kampanye Pemilu tempo hari, Jokowi ulang-ulang mengatakan ia akan bertindak tegas pada periode ke-2. Menteri yang tidak cakap kerjaanya akan dicopot dari patai mana pun. Alasannya, tahun 2014 saya toh tidak bisa ikut pemilu lagi. Jadi, Jokowi menyadari bahwa ia bekerja pada 2019-2024 tanpa beban. Lha kenapa sekarang muncul wacana “kita harus amankan Jokowi agar ia tetap bisa berkuasa setelah 2014, agar proyek-proyek pembangunan bisa terus dilanjutkan, bahkan disempurnakan?”
Sumber: