Kaji Ta’lim Muta’alim, Mahasiswa Baru FITK Diharapkan Miliki Empati terhadap Sesama

Kaji Ta’lim Muta’alim, Mahasiswa Baru FITK Diharapkan Miliki Empati terhadap Sesama


RAKYATCIREBON.CO.ID  – Ada yang berbeda dari rangkaian kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun ini. Selain pengenalan kampus, fakultas, jurusan serta berbagai kegiatan mahasiswa lainnya, mahasiswa baru juga dikenalkan pada kitab kuning.

Seperti yang dilakukan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang menggelar kajian Kitab Ta’lim Muta’alim selama tiga hari, Rabu – Jumat (4-6/9) bagi 1.760 mahasiswa baru dari 10 jurusan di fakultas tersebut.

Wakil Dekan I FITK, Dr H Suteja MAg mengungkapkan, Kitab Ta’lim Muta’alim relevan diajarkan bagi mahasiswa baru. Di dalam kitab itu terdapat penjelasan mengenai relasi etis antara murid dan guru, murid dengan murid, guru dengan guru, bahkan murid dengan keluarga guru.

“Tidak hanya etika murid dan guru atau guru ke murid untuk orang pendidikan. Juga bisa ditinjau dari berbagai aspek seperti ekonomi, botani apalagi pendidikan. Sangat relevan,” ungkapnya kepada Rakyat Cirebon, kemarin.

Tak hanya dosen, pengajaran kitab karya Imam Alzarnuji bagi mahasiswa baru ini juga melibatkan tenaga pendidik dari berbagai pesantren di Cirebon. “Pengajarnya ada yang dari dosen IAIN. Sebagian lain dari pesantren-pesantren. Karena memang kitab ini diajarkan di pesantren,” katanya.

Skema pengajaran dilakukan dengan cara konvensional seperti di pesantren salaf. Pengajar membacakan Kitab Ta’lim Muta’alim kemudian diterjemahkan dalam bahasa Jawa dan Indonesia. “Mahasiswanya mendengarkan kemudian meknani kitab gundul,” ujar Suteja. Kemudian di akhir sesi, ada diskusi antara pengajar dan mahasiswa terkait tema di kitab tersebut.

Suteja mengatakan, ada tiga hal yang ditekankan dalam kajian kitab tersebut. Yakni penanaman nilai tanggung jawab, disiplin dan empati. “Tanggung jawab artinya mahasiswa memahami tanggung jawabnya sebagai pelajar. Kemudian mau disiplin dalam belajar. Serta memiliki kepekaan terhadap sesama. Empati ini yang penting,” ucapnya.

Tentu saja tidak semua mahasiswa baru familiar dengan kitab ini. Bagi yang lulusan SMA dan belum pernah belajar di pesantren, mengkaji Kitab Ta’lim Muta’alim menjadi pengalaman baru. Meski demikian, Suteja menjelaskan kajian kitab ini hanya bersifat pengenalan.

“Selebihnya akan didalami ketika mahasiswa sudah masuk pesantren. Karena di IAIN ada program Mahad, mahasiswa baru punya kesempatan belajar di pesantren,” tambah dia. (wan)

Sumber: