Petani Tebu Sindang Kirim Surat untuk Presiden Jokowi

Petani Tebu Sindang Kirim Surat untuk Presiden Jokowi

CIREBON - Petani tebu di wilayah PG Sindanglaut, mengeluhkan kebijakan pemerintah seputar harga gula. Mereka akhirnya membuat surat terbuka untuk Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi). Petani tebu, Mae Azhar mengatakan,  dua tahun terakhir, kebijakan yang telah dilakukan, tidak berpihak kepada para petani. Mulai dari klaim tidak layaknya gula petani untuk dikonsumsi, sampai dengan adanya penyegelan gula oleh Menteri Perdagangan RI. Mae mengatakan,  dirinya sengaja menuliskan surat terbuka, agar keluhan-keluhan para petani tebu bisa  dibaca presiden. Karena, hanya itulah, yang bisa dilakukan untuk bisa menyampaikan pesan kepada para pemangku kebijakan.  \"Sengaja, biar terbaca dan diketahui presiden,  hanya ini yang saya bisa sebagi petani tebu yang mencoba terus bertahan untuk menanam tebu,\" ucapnya, Minggu (1/7). Menurut Mae, kehidupan petani amat bergantung dengan perolehan hasil panen tebu. Namun,  tutur Azhar dari randemennya saja, setiap tahunnya selalu rendah. Amat jauh ketika dibandingkan dengan pabrik-pabrik gula yang baru. \"PG Sindanglaut ini, warisan dari Belanda. Sudah sangat tua, ketika ditawarkan pun, banyak calon pembeli menawarnya dengan harga yang sangat murah, karena muncul klausul tadi, bahwa gula petani tidak layak konsumsi,\" tuturnya. Ia pun meminta, agar presiden RI, bisa membantu keluhan dari para petani dengan mengeluarkan kebijakan yang bisa mensejahterakan para petani tebu. Hal itu dikarenakan bersinggungan dengan kebutuhan dasar. “Karena saya dan petani tebu yang lain mengantungkan hidupnya dari menanam tebu,” kata dia. Terpisah, Anggota DPRD Kabupaten Cirebon, Diah Irwani Indriyati  mengaku sangat prihatin dengan nasib para petani tebu. Ia meminta agar pemerintah bisa hadir dalam menyelesaikan persoalan yang kerap kali melilit para petani, tanpa terkecuali. “Memang kami rasa perlu diadakan peninjauan. Untuk bisa menyelamatkan kelangsungan para petani. Berikanlah hak-hak petani dengan memberikan penghargaan melalui harga jual, jangan dikit-dikit impor, atau harga dibanting serendah mungkin. Lama-lama petani ogah juga, untuk melangsungkan pertaniannya,” pungkasnya. (zen)

Sumber: