Penyebaran Paham Radikal Harus Ditangkal

Penyebaran Paham Radikal Harus Ditangkal

SUMBER - Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Cirebon dan tokoh lintas agama mengutuk keras aksi terorisme yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo belakangan ini. Ketua PC ISNU Kabupaten Cirebon, Muis Syaerozi mengatakan, pihaknya bersama dengan tokoh lintas agama merasa prihatin luar biasa dengan munculnya kembali gerakan teror ditengah masyarakat terutama yang terjadi di Surabaya. “Perlu disikapi dan antisipasi kedepannya agar benar-benar tidak terjadi lagi. Ini problem sudah ada sejak lama sekali. Tapi tetap terulang kembali,” tutur Muis pada awak media, Senin (14/5). Menurutnya, yang dilakukan pelaku teror dengan menggunakan argumentasi agama itu adalah pemahaman yang sangat keliru. Pasalnya agama manapun tidak pernah mengajarkan tentang kekerasan yang bisa merugikan orang lain, bahkan sampai menghilangkan nyawa orang lain yang tidak berdosa. “Mulai dari kajian teks dan sejarah Islam  agama yang benar adalah yang menebarkan rahmat dan tidak membuat penganutnya menjadi sempit dan serba ketakutan. Apa yang dipahami teroris merupakan satu indikasi bahwa mereka gagal memahami agama dan karakter bangsa,” sambungnya. Selain itu, lanjutnya, juga karena krisis karakter bangsa di tengah masyarakat. Sehingga orang-orang yang tidak memiliki karakter bangsa ini mudah sekali menyalahkan orang lain. Berdasarkan rumusan itu ISNU dan tokoh agama menyatakan, siap melawan dan memerangi tindakan teror baik fisik atau mental agama apapun, kemudian mengajak semua komponen ISNU baik yang berprofesi sebagai guru, pekerja sosial dan birokrasi pemerintah untuk aktif menanamkan nilai islam rahmatan lil alamain dan karakter nusantara. “Serta mendorong pemerintah untuk menanamkan pendidikan karakter bangsa. Terakhir mendukung Polri dalam upaya memberantas terorisme,” tegasnya. Lebih lanjut disampaikan, dilihat dari kasus teror di Surabaya ada pergeseran penyebaran ideologi ekstrim. Dulu penyebaran ideologi terorganisir, artinya melalui organisasi-organisasi dalam bentuk halaqoh dan sebagainya. Namun saat ini sudah bergeser, penyebarab ideologi masuk ke keluarga-keluarga. “Karena jaringan oleh Polri dan masyarakat dibidik bahkan pentolannya bisa ditangani. Pola penyebaran ini bukan melalui siatem organisasi tapi merambah justru ke lingkungan keluarga. Gerakan teror dengan bom bunuh diri, bukan strategi baru tapi model penyebaran ideologi ekstrim ini dengan cara baru,” imbuhnya.

Sumber: