Tokoh Masyarakat Ikut Miris Mendengar Lima Fraksi Dukung LGBT

Tokoh Masyarakat Ikut Miris Mendengar Lima Fraksi Dukung LGBT

\"warga

RAKYATCIREBON.CO.ID – Ratusan umat Islam mengikuti kajian tafsir tematik Majelis Khadimul Qur’an di masjid Baitu Dzikri Sindangkasih Majalengka, Minggu (21/1).

Kajian tersebut membahas akidah yang harus dipegang teguh umat Islam. Selain itu, kajian yang diasuh KH Nurhilal Ahmad juga menguraikan permasalahaan LGBT di masyarakat.

“LGBT sudah sangat jelas keharamannya serta dapat menyalurkan penyakit dan menghancurkan generasi Negeri ini,\" ujarnya.

Nurhilal yang juga merupakan tokoh masyarakat menyampaikan, LGBT itu ibarat maksiat, kalau dibiarkan maksiat tersebut tanpa ada yang mengingatkan dan melarangnya maka mereka yang melakukan maksiat itu akan merasa tenang dan terus berkembang.

Dirinya juga merasa miris ketika ada informasi dari Ketua MPR, Zulkifli Hasan yang dipublikasikan beberapa media mengungkapkan saat ini ada lima fraksi di DPR yang mendukung LGBT.

“Kita harus bersama-sama mengingatkan dan mencegah LGBT, butuh kerjasama dari seluruh pihak karena itu kewajiban kita selaku umat Islam. Dalam Demokrasi ini hal yang sudah jelas keharamannya dapat dibebaskan, itulah buruknya demokrasi jika diterapkan”  tegasnya.

Sebelumnya, ia juga menyeru agar orang yang mengaku beriman untuk beriman mengandung beberapa makna. Antara lain, urang yang beriman secara taqlid, hendaklah mengimaninya secara argumentatif dengan mengetahui dasar-dasar serta dalil-dalinya.

Orang yang beriman secara global, kata dia, maka hendaklah meningkatkan keimanannya secara terinci dan detail. Orang yang masih beriman secara hati dan lisan hendaklah beriman secara keseluruhan baik rasa, rasio maupun raga.

Orang yang sudah beriman secara sempurna, maka hendaklah terus disempurnakan keimanannya sehingga tidak lepas sedetikpun. Ahlul-kitab yang hanya mengimani sebagian rasul dan kitab, hendaklah beriman pada seluruh yang diutus dan diturunkan Allah SWT.

“Jalan menuju iman itu, ihsas, penginderan) melihat, merasakan serta memikirkan  seluruh ciptaan Allah. Yang dihasilkan dari penginderaan adalah bukti, dalil. Kemudian, tashdiq, pembenaran, merupakan proses pengambilan keputusan untuk meyakini sesuatu berdasarkan bukti yang sudah ada,” ujarnya.

Nurhilal juga menuturkan, konsekuensi Iman itu sami’na wa atha’na dan berhukum kepada hukum Allah.

“Orang yang sudah mengaku beriman, mesti terus menerus berusaha menjadi mu`min yang sejati. Mukmin yang sejati adalah yang benar beriman pada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, taqdir-Nya dan hari akhir,” ujarnya.

Menurutnya, keimanan tersebut mesti dibuktikan dalam hati, ucap, sikap dan perbuatan. Orang yang sudah beriman baik dalam rasa, rasio maupun raga mesti tetap meningkatkan kualitasnya jangan sampai menurun.

“Menjaga stabilitas iman dan meningkatkan kualitasnya merupakan cara agar terhindar dari kesesatan. Orang yang tidak beriman alias kufur pasti jalan hidupnya akan tersesat. Oleh karena itu bila ingin menjadi mukmin yang kut iman mesti jauh dari jalan kekufuran,” pungkas Nurhilal. (hsn)

Sumber: