Ritual Khas Sunda Iringi Penolakan Eksekusi Tanah Adat Paseban

Ritual Khas Sunda Iringi Penolakan Eksekusi Tanah Adat Paseban

KUNINGAN – Polemik sengketa tanah yang berada di lingkungan adat Paseban, Cigugur menemui titik akhir. Pasalnya Pengadilan Negeri Kuningan sudah menetapkan waktu pengeksekusian, hari ini.
\"pengadilan
Aksi penolakan eksekusi tanah adat Paseban. Foto: Gilang/Rakyat Cirebon
Akan tetapi, kabar tersebut tentu saja menyulut semangat pihak tanah adat Paseban yang telah dinyatakan kalah dalam pengadilan untuk melakukan demo penolakan terhadap putusan Pengadilan Negeri Kuningan, Rabu (23/08) di depan pintu gerbang pengadilan.

Dari pantauan lapangan, aksi penolakan oleh pengurus tanah adat Paseban dengan didampingi warga, serta sejumlah ormas tersebut hampir berakhir ricuh. 

Sebab, perjuangan mereka mempertahankan bangunan seluas 16 bata harus berakhir dengan pengeksekusian oleh pihak Pengadilan Negeri Kuningan besok hari, ditambah pihak terkait yang tidak mengijinkan para pendemo berorasi didalam kantor.

Sontak saja, para elemen masyarakat yang menolak pengeksekusian melakukan protes keras dan sempat mengadakan ritual khas Sunda di depan pintu gerbang yang dijaga ketat oleh pihak Kepolisan Resort Kuningan. 

Karena sempat terbakar amarah, para pendemo mencoba mendobrak pagar. Bahkan, ada kata-kata dari ketua kordinator Okki Satrio untuk siap mengorbankan diri demi membatalkan eksekusi.

“Kami masyarakat adat baik yang ada di Cigugur, maupun diluar siap mati untuk membela tanah adat Paseban. Sebab, tanah adat merupakan harga tertinggi dan kami siap membelanya,” ujar Okki ketika dikonfirmasi paska demonstrasi.

Dirinya juga menyebutkan, akan membawa masa yang lebih banyak bahkan dari luar daerah untuk menjaga tanah adat yang akan dieksekusi besok hari. 

Sebab paparnya, kepedulian masyarakat terhadap Paseban bukan hanya dari daerah Kuningan saja. Akan tetapi, dari luar Kuningan juga menolak keras pengeksekusian terhadap rumah adat. (gio)

Sumber: