Minggu 16-04-2017,01:00 WIB
KAPETAKAN – Ribuan nelayan Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon tumpah ruah dalam perayaan pesta adat nadran atau pesta laut, Kamis (13/4). Sekitar 500 perahu nelayan mengikuti acara tersebut.
|
Perahu nelayan saat Nadran. Foto: Dandy/Rakyat Cirebon |
Kegiatan yang berlangsung hingga 20 April 2017 itu memiliki beberapa agenda. Dimana puncak acara nadran ini adalah mengarak miniatur perahu yang diisi dengan beberapa sesaji seperti kepala kerbau, buah-buahan, makanan dan lainnya.
Miniatur perahu ini kemudian dilepas ke laut dan sesaat kemudian puluhan nelayan juga ikut terjun ke laut untuk mengambil air laut di sekitar miniature perahu tersebut. Masyarakat sekitar menyakini, jika bisa mendapatkan air dari sekitar miniature perahu yang berisi sesaji itu, maka penghasilan mereka akan meningkat dan akan diberikan keselamatan saat melaut.
Kuwu Desa Bungko, H Moch Carkim mengatakan, nadran adalah upacara adat para nelayan di Pesisir Pantai Utara Jawa, seperti Subang, Indramayu dan Cirebon yang bertujuan mensyukuri hasil tangkapan ikan, dan agar tidak mendapat aral melintang dalam mencari nafkah di laut.
“Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam pemenuhan janji,” kata Carkim.
Dikatakan Carkim, adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut.
Sekaligus merupakan ritual tolakbala (keselamatan). Sesajen yang diberikan berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan khas, dan lain sebagainya.
Sebelum dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional.
“Nadran atau kadang disebut labuh saji dapat juga diartikan sebagai sebuah upacara pesta laut masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini didapat,”ungkapnya.
Di akhir sambutan Carkim menyampaikan dalam keguatan Nadran ini semoga permohonan agar diberi keselamatan dalam melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah pada tahun mendatang bisa terwujud. (dym)