KEJAKSAN – Tampuk kepemimpinan di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon resmi berganti. Direktur sebelumnya, drg H Heru Purwanto MARS meninggalkan jabatan strategis itu karena memasuki masa pensiun. Kini, posisi tertinggi di rumah sakit plat merah milik Pemkot Cirebon itu dijabat dr H Bunadi MKM, meski masih berstatus Plt direktur.
|
Heru Purwanto MARS (kanan) serahkan buku memori kepada Plt Direktur RSUD Gunungjati, dr H Bunadi MKM, Sabtu akhir pekan lalu. |
Sabtu akhir pekan lalu, suasana haru menyelimuti ratusan pegawai di RSUD Gunung Jati, ketika pisah sambut dari Heru ke Bunadi, di halaman rumah sakit setempat. Hadir pula Walikota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH. Hampir tujuh tahun kepemimpinan Heru di RSUD Gunung Jati, begitu dirasakan hasilnya. Berbagai peningkatan kualitas pelayanan dan ketersediaan fasilitas terlihat nyata.
Beberapa jam setelah resmi melepas jabatannya, Heru berkesempatan berbincang dengan wartawan koran ini, di kediamannya. Tak ada sedikitpun sedih terlihat di wajahnya. Heru justru bersyukur, ia bisa menuntaskan pengabdiannya dengan baik. Husnul khatimah, happy ending.
“Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan amanah yang diberikan kepada saya dengan baik. Saya sangat bersyukur, bisa mengabdi secara formal di RSUD Gunung Jati sampai akhir masa pensiun saya. Ini nikmat yang wajib saya syukuri kepada Allah,” ungkap Heru, sambil bersantai di teras rumahnya, pada Sabtu (1/4) malam.
Heru tercatat telah mengabdi selama 34 tahun menjadi Pegawai Negeri Sipil. Sebagian besar waktu karirnya dihabiskan di RSUD Gunung Jati. Berbagai penghargaan, baik secara personal maupun instansi, telah ia torehkan semasa karirnya. Heru dikenal sebagai sosok visioner dan progresif. Karakternya “gila” untuk melakukan terobosan dengan tetap berpegang teguh pada aturan.
Secara personal, ia pernah mendapat penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014 lalu. Penghargaan itu diberikan karena pengabdiannya selama lebih dari 30 tahun kepada bangsa. Belum lagi, segudang penghargaan lain, menjadi bukti sahih, bahwa ia PNS berprestasi.
Namun, meski dibanjiri apresiasi atas kesetiaannya mengabdi kepada negara, namun tak membuat Heru jumawa. Pria berkacamata itu mengaku, banyak penghargaan yang diterimanya adalah buah dari kerja kerasnya dibarengi keikhlasan yang selama ini dilakukan.
Bahkan, pria yang menjabat direktur RSUD Gunung Jati sejak 2010 itu menilai, jika banyak orang yang menganggap kepemimpinannya berhasil, maka ada orang lain yang seharusnya juga dipandang berhasil atau berprestasi. Namun, dia mensyukuri apa yang dianugerahkan Allah, berupa capaian kinerja yang terukur.
Tak segan-segan, dia menyebutkan, keberhasilannya memimpin RSUD Gunung Jati adalah berkat kerjasama banyak pihak. Khususnya, seluruh pegawai di RSUD Gunung Jati yang menurut Heru, sudah sangat membantu dirinya dalam menjalankan tugas dan mengembangkan rumah sakit.
Menurutnya, menjabat posisi direktur bukanlah kebanggan. Ia juga menyadari, dirinya bukanlah orang paling pandai di instansi yang dipimpinnya itu. “Jabatan itu amanah dan saya berusaha menjalankan amanah itu sebaik mungkin. Saya juga mengakui, saya bukanlah yang terbaik. Karena di sini juga banyak yang lebih baik dari saya,” katanya.
Heru juga sedikit bercerita tentang sepenggal kisahnya sejak awal menapaki karir sebagai PNS hingga saat ini. Pada 1983, awal mula dia ditetapkan sebagai PNS bertugas di dua Puskesmas yakni Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Banten. Hingga 1987 dia mengabdikan diri di sana. Semasa itu, Heru juga pernah dipercaya menjadi kepala UPTD Puskesmas.
Perjuangannya selama empat tahun bertugas di Lebak tak mudah. Hampir tiap hari dalam menjalankan tugas harus melalui medan yang cukup berat dan tantangan cukup tinggi. Namun, sejak muda Heru menanamkan semangat bekerja keras dan ikhlas.
“Sampai-sampai suatu ketika, saat hendak bertugas, harus melintasi kali. Karena di sana kan medannya cukup terjal juga,” kenangnya. Pada 1987, barulah dia ke Cirebon. RSUD Gunung Jati menjadi pelabuhan selanjutnya. Dan tak disangka, hingga sekarang dia bertugas di RS yang sama. Bahkan, jadi pucuk pimpinan. Hal itu juga tak pernah disangka olehnya.
Pertama kali bertugas di RSUD Gunung Jati, Heru diposisikan sebagai fungsional. Tiga tahun berselang, karirnya mulai merangkak naik. Kepala Seksi Pelayanan Medis IV dan Instalasi Pemeliharaan Sarana RSUD Gunung Jati, atas kepercayaan atasannya kala itu, dijabatnya sekaligus secara bersamaan.
Sembilan tahun menjalankan tugas, diakui Heru, banyak suka dan duka yang dirasakan. Sampai-sampai pada masa itu, koleganya yang bertugas bersama, memanggilnya dengan sebutan “dokter kuli”. Namun, panggilan itu justru membuat Heru makin bersemangat bekerja.
Ada kenangan lain yang tak terlupakan Heru. Ketika dirinya baru diangkat menjadi direktur, ia seringkali harus bermalam di RSUD Gunung Jati. Pulang larut atau bahkan dinihari, menjadi tantangan tersendiri. Betapa tidak, dulu di sana seringkali terjadi mati aliran listrik hingga banjir.
“Kalau malam-malam saya diberitahu, listrik di ruang tertentu padam, atau misalnya beberapa ruangan terendam banjir, saya berangkat ke rumah sakit. Saya bersama-sama pegawai lainnya langsung menangani dan memastikan semua kembali normal. Tapi Alhamdulillah, kondisi itu sekarang sudah tidak terjadi. Tidak ada lagi cerita listrik mati, atau air hujan tembus ke ruang rawat,” terangnya.
Selepas pensiun, jabatannya digantikan dr H Bunadi MKM, sebelumnya menjabat wakil direktur. Walikota memilih Bunadi untuk menjadi Plt direktur RSUD Gunung Jati karena dianggap memiliki pengalaman. “Pak Bunadi sebelumnya menjadi wakil direktur. Jadi sudah tahu mengenai manajamen rumah sakit,” kata Walikota Azis.
Ia juga berterimakasih kepada Heru atas segala pengabdiannya. Azis mengakui, Heru adalah direktur RSUD Gunung Jati dengan segudang prestasi. “Kita semua mengetahui, Pak Heru sangat baik dalam memimpin rumah sakit dengan segala prestasinya. Untuk itu, saya berterimakasih kepada beliau dan selamat bekerja kepada Pak Bunadi,” katanya. (jri)