Kamis 16-03-2017,09:00 WIB
KUNINGAN – Aktivitas masyarakat Desa Padahurip Kecamatan Selajambe masih terhambat. Hal ini diakibatkan longsoran yang menutupi akses jalan desa mereka dan saat ini belum selesai evakuasinya. Hal tersebut lantaran kendaraan alat berat mengalami kerusakan.
|
Warga Selajambe tunggu alat berat. Foto: Gilang/Rakyat Cirebon |
Seperti diketahui, telah terjadi tanah longsor di Desa Padahurip, Kecamatan Selajambe, Minggu (12/3). Dampak dari kendaraan alat berat yang rusak menjadi kendala tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, untuk membuka akses jalan dari Kecamatan Selajambe menuju Desa Padahurip maupun sebaliknya.
BPBD Kuningan terus berupaya agar akses jalan tersebut bisa dilalui normal dengan upaya meminjam kendaraan alat berat dari Banjar. Mengingat intensitas bencana semakin meningkat, BPBD Kuningan pun membentuk Tim Jitupasna (pengkajian kebutuhan pascabencana) yang dikukuhkan langsung oleh Bupati Kuningan Acep Purnama di aula serbaguna Horison Tirta Sanita Hotel, Cilimus, Kuningan.
Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Agus Mauludin mengatakan, setelah Kuningan diguyur hujan deras disertai angin kencang, selain menghambat proses pengerukan material tanah longsor di Desa Padahurip, juga telah mengakibatkan bencana di beberapa titik wilayah kota.
“Kami kemarin menerima laporan ada tiga titik lokasi bencana di antaranya pohon tumbang di kompleks Taman Kota Kuningan yang menimpa salah satu kendaraan roda dua dan pohon tumbang di Jalan Baru Ir. Soekarno pada waktu bersamaan, juga beberapa rumah roboh di Kelurahan Purwawinangun. Beruntung dalam peristiwa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa,” ujar Agus Mauludin.
Agus menyebutkan, saat ini petugas lapangan BPBD Kuningan sedang melakukan mobile mendata wilayah mana saja yang terdampak bencana pasca hujan lebat kemarin sore. “Hari ini juga kami sedang mengerjakan pembukaan akses jalan dari Kecamatan Selajambe menuju Desa Padahurip, mudah-mudahan akses sudah terbuka sehingga warga tidak terisolasi lagi. Sebab, kalau masih terisolasi dampak ekonomi akan sangat terasa,” kata Agus.
Mengantisipasi itu, lanjut Agus, pihaknya membentuk Tim Jitupasna agar ketika terjadinya bencana bisa segera dilakukan penghitungan kerusakan dan kerugian dengan menggunakan metode demage and losses assessment .
“Hal ini untuk memudahkan informasi mengenai biaya kerugian usai bencana untuk dasar penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana. Selain mengukuhkan Tim Jitupasna, kami juga mengukuhkan Tim Trauma Centre guna memulihkan kondisi masyarakat pasca bencana,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Acep Purnama mengatakan, pihaknya berharap Tim Jitupasna dan Trauma Centre yang telah dikukuhkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal mengingat hal ini diperlukan dalam rangka assessment awal rehabilitasi pasca bencana yang terdiri atas penghitungan tentang kebutuhan bagi masyarakat korban bencana. (gio/mgg)