Selasa 07-03-2017,09:00 WIB
Meski dijuluki sebagai Kota Wali, masalah Pekerja S*ks Komersil (PSK) di Kota Cirebon masih sulit untuk diatasi. Sebaliknya, sejumlah PSK seolah tak gentar, meski sering dikejar-kejar. Walaupun ada juga yang nasibnya lagi apes. Sembunyi di semak-semak pinggir kali, disangkanya sudah aman, eh tetap saja ketahuan petugas. Ah Celaka dua belas…
|
Satpol PP tertibkan seorang PSK. dok. Rakyat Cirebon |
IR, usianya sudah tidak muda lagi. Warga Kabupaten Brebes itu memasuki dunia pro*stitusi sejak usia tiga puluh tahunan, atau tepatnya sejak ia resmi menjadi single parent bagi ketiga anaknya. Hingga memasuki usia setengah abad, IR yang mengaku dulunya sebagai perempuan cantik dan molek ini masih setia menjalani “profesi” sebagai kupu-kupu malam.
IR bahkan sudah lupa sudah berapa kali ia kena razia. Tetapi satu yang diingatnya ketika pada suatu malam, ia akhirnya ditemukan petugas razia saat bersembunyi dalam semak-semak yang ada di pinggir kali. “Padahal saya sudah lari-lari di pinggir rel kereta api. Pas lagi sembunyi di semak-semak eh akhirnya ketahuan sama Pak Pol PP,” kata IR, ketika dibawa petugas ke Markas Pol PP Kota Cirebon.
Meskipun anaknya sudah besar dan bisa untuk bekerja, IR mengaku belum mau berhenti menjalani profesi yang melelahkan karena sering dikejar-kejar ini. Alasannya, penghasilannya untuk membiaya hidupnya sendiri, tanpa harus meminta kepada anak-anaknya.
Selain di wilayah Kelurahan Pegambiran yang menjadi tempatnya biasa mangkal, IR dan kawan-kawannya juga kerap menyambangi Jalan Sukalila dan wilayah Terminal Harjamukti Kota Cirebon. Ketiga wilayah itu padahal sudah menjadi langganan sasaran Pol PP Kota Cirebon dalam melakukan razia.
Kepala Seksie Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Satpol PP Kota Cirebon, Drs Achmad Nadirin menceritakan, saat ini pihaknya terus disibukan dengan razia PSK yang biasa mangkal di berbagai titik di Kota Cirebon. Bahkan, untuk menangkap PSK, praja Satpol PP harus kejar-kejaran hingga ke pinggir kali dekat rel kreta Api di Kelurahan Pegambiran, Kota Cirebon.
\"Kita mendapat laporan dari warga bahwa di tempat itu diduga ada kegiatan pro*stitusi, melanggar perda lah. Dari laporan itu kemudian kita sikapi. Hampir tiap malam katanya selalu ada kegiatan di situ. Setelah kami telusuri memang benar ada, tapi kami tidak langsung melakukan penggerebekan,\" ulas Nadirin soal kronologi penggrebekan PSK kala itu.
Selang beberapa hari, setelah Satpol PP melakukan pengintaian, di suatu malam pihaknya langsung melakukan penggrebekan. Saat itu, kerumunan PSK langsung kocar-kacir. Ada yang langsung kabur pakai motor, Ada yang langsung masuk salah satu rumah warga, Ada pula yang masuk ke semak-semak pinggir kali.
\"Waktu itu ada 3 PSK, temennya pada kabur, cuma kita berhasil menangkap satu PSK yang lagi bersembunyi di semak-semak pinggir kali,” katanya. PSK yang berhasil di tangkap pada razia malam itu kemudian digelandang ke markas Satpol PP untuk didata dan dibina. \"Selanjutnya kami bina dan kami kirim ke panti rehabilitasi yang ada di Palimanan,\" jelas Nadirin.
Nadirin juga mengakui, tak sedikit PSK yang sudah pernah kena razia dan bahkan dibawa ke tempat rehabilitasi, kemudian kembali ke jalan sebagai pelaku pro*stitusi. Dari data Satpol PP, kebanyakan PSK yang beroperasi di Kota Cirebon yang berhasil terjaring razia berasal dari beberapa kabupaten yang ada di sekitar Kota Cirebon.\"Kalau Cirebon hanya beberapa persen saja, karena kalau dari Cirebon pasti kami tau orangnya,\" ujarnya.
Pihaknya berharap, untuk melakukan penertiban, warga dan instansi terkait lainnya mau bahu-membahu dengan Satpol PP untuk mewujudkan Kota Cirebon bebas pro*stitusi. Menurut Nadirin, kontrol sosial yang paling ampuh untuk menekan angka kasus asusila ada masyarakat.
\"Kalau masyarakatnya peduli, hayu bareng - bareng menjaga ketertiban. Kalau ada gejala, masyarakat bisa langsung megegur. Ngasih sangsi sosial itu lebih efektif,\" tutupnya. (wan)