Hindari Konflik, Distribusi Air Pertanian Digilir

Hindari Konflik, Distribusi Air Pertanian Digilir

JATIBARANG - ‎Petani di Kecamatan Jatibarang mulai resah, karena pasokan air untuk tanaman padi mengalami penurunan drastis.
\"petani
Rapat pembagian aliran air. Foto: Tardi/Rakyat Cirebon

Padahal saat ini lahan pertanian sudah memasuki pemupukan kedua, dan kondisi tanah mulai retak-retak. Ancaman serius terhadap lahan pertanian itu disikapi dengan pembagian aliran air secara bergilir.

Agar pelaksanaan giliran dapat berjalan sesuai jadwal, kuwu, lurah, raksa bumi, dan kelompok tani dari ‎semua desa di Kecamatan Jatibarang dikumpulkan dalam pembahasannya.

Dipimpin Kasi Trantib, Roshadian Purnama, rapat koordinasi dapat menetapkan gilir air yang selanjutnya harus dipatuhi dan ditaati bersama.

Selama jadwalnya berjalan, buka tutup di setiap pintu air akan dilakukan oleh petugas terkait bersama perwakilan kelompok tani.

\"Rakor ini untuk menentukan jadwal Gilir air, supaya semua petani kebagian air. Kalau tidak dijadwal sangat rentan terjadi keributan antar petani karena saling berebut air, biasanya kurang air jadi panik,\" terang Roshadian.

Adapun dalam keputusan yang telah disepakati bersama ada 3 zona giliran untuk setiap pekannya. Untuk zona 1 mencakup 6 desa.

Yakni Sukalila, Pilangsari, Jatibarang, Jatibarang Baru, Bulak, Bulak Lor, dan Kebulen.

Giliran dengan lamanya waktu sebanyak 54 jam itu dimulai setiap Senin pukul 08.00 sampai Rabu tepat pukul 12.00 dengan batas di pintu air Desa Kebulen.

Zona 2 yang diberlakukan giliran selama 52 jam berlaku untuk Desa Pawidean, Jatisawit, Jatisawit Lor, dan Krasak.

Gilirannya dijadwalkan setiap Rabu pukul 12.00 hingga Jumat pukul 18.00 dengan batas titik tutup di pintu air Daliran Krasak.

Sedangkan zona 3 yang mendapat jatah 62 jam dari Jumat pukul 18.00 sampai Senin pukul 08.00 dengan titik tutup di pintu air Lobener, berlaku untuk Desa Kalimati, Lobener, Lobener Lor, dan Malangsemirang.‎

\"Totalnya 168 jam. Wilayah di 3 zona yang dibagi dengan jadwal giliranya disepakati bersama,\" jelasnya.

Rakor yang disertai pembagian giliran aliran air itu dilaksanakan sebagai upaya dalam menyikapi semakin berkurangnya pasokan kebutuhan air untuk tanaman padi.

Karena suplai air dari Bendung Rentang mengalami debit yang sangat kecil, tidak mampu memenuhi kebutuhan para petani.

\"Pemenuhan air dari Rentang sangat kurang, kisarannya hanya 50 persenan dari kebutuhan air tambahan. Jangan sampai produktivitas tanaman padi terganggu,\" sebutnya.

Atas kondisi itu, jadwal giliran aliran air dianggap akan dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan ‎negatif di lapangan.

Bukan saja kekeringan, tapi juga menghindarkan terjadinya konflik dan mengarah pada tindak pidana.

\"Jadi kami berusaha mengatur dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Dan ini agar lebih efektif, juga efisien dengan ketercukupan air, jangan sampai ada yang kurang dan ada yang berlebih,\" pungkasnya. (tar)

Sumber: