KOPPAS Prihatin Rentenir Makin Menjamur
MAJALENGKA - Ketua Koperasi Pasar (KOPPAS) Harapan Kita, Sindangkasih Cigasong, Ade Barzhi Jaenudin SE MSi merasa prihatin dengan makin maraknya para rentenir yang mencari nasabah di Pasar Cigasong.
\"Jumlahnya semakin banyak, bahkan Para rentenir mencari nasabahnya mulai pukul 01.00 WIB malam hari dan nasabahnya para pedagang lemprakan hingga tukang becak. Meskipun nasabah harus membayar keuntungan 25 persen per bulan sejumlah pedagang masih ada yang pinjam ke rentenir,\' ujarnya, Selasa (1/11).
Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya mulai dari sosialisasi langsung, mendekatkan koperasi ke pedagang pasar untuk mencegah terjerumusnya pedagang ke dalam pusaran rentenir.
Namun, kata dia, upaya tersebut belum bisa mencegah karena saat ini masih banyak pedagang yang terjerat.
“Kami sudah sering sampaikan lewat pembinaan. Sudah sering kita lakukan,” katanya.
Dia mengungkapkan, saat ini beberapa perbankan juga sudah mulai turun langsung di pasar-pasar tradisional untuk membantu para pedagang mengakses pinjaman uang.
Namun kedepan, ujar Ade, perlu ada aturan agar keberadaan perbankan ini tidak tumpang tindih dengan koperasi dalam menyediakan program penyediaan modal melalui kredit.
“Selain memaksimalkan keberadaan Koperasi, diharapkan dengan keberadaan koperasi ini bisa membantu para pedagang untuk mengakses modal bagi usahanya,” ungkapnya.
Dijelaskan dia, keberadaan Koppas Harapan Kita bertujuan untuk membantu permodalan para pedagang dan meminimalisir dari jeratan para rentenir.
“Tidak bisa diselesaikan oleh satu instansi saja. Harus multi leading sektor,” ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Koppas, Abdul Rojak, SE menambahkan, Koppas Harapan Kita kini memiliki 209 anggota dan non anggota 300 nasabah. Saat ini Koppas telah bisa memberikan pinjaman kepada anggota sebesar Rp5 juta hingga Rp20 juta dengan agunan berupa kartu kuning HGB (hak guna bangunan).
Menurutnya, untuk memberikan pelayanan maksimal kepada anggota, pegawai Koppas datang langsung ke nasabah. Sehingga tidak menganggu usaha dagangnya, kecuali jika pencairan pinjaman dilakukan dikantor.
\"Usaha Koppas karyawan kopas, usaha Waserda, simpan pinjam, pengelolaan parkir dan kerjasama dengan kantor pos dengan nilai aset mencapai Rp2,9 miliar,\" ujarnya.
Lebih lanjut Rojak menambahkan, saat ini masih banyak pedagang yang terjerat dengan rentenir. Permasalahannya karena para pedagang tidak mau diribetkan dengan berbagai persyaratan untuk bisa mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan resmi.
Akibatnya, kata dia, banyak pedagang yang memilih untuk meminjam uang kepada rentenir meski dengan bunga yang lebih besar.
“Kami sudah sering melakukan sosialisasi. Namun yang diminta oleh pedagang adalah pelayanan yang cepat,” ucapnya.(hsn)
Sumber: