Dua Figur Besar Layak Menjadi Rois Am PBNU Periode Mendatang
Dua figur besar digadang-gadang layak menjadi rois Am PBNU periode mendatang. FOTO: ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYATCIREBON--
RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Bursa kandidat Rois Am PBNU sudah mulai diusulkan. Kalangan Pesantren melihat ada dua sosok ideal. Pertama Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA. Kedua Prof Dr KH Said Aqiel Siraj MA.
Keduanya merupakan figur kharismatik baik secara intelektual maupun kapasitas lainnya yang dibutuhkan oleh nahdliyin hari ini. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli Lc MA melihat Prof KH Asep, bukan sekadar seorang ulama terpandang, tetapi juga figur visioner.
Berhasil mentransformasi Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) menjadi organisasi guru yang mandiri, produktif, dan diperhitungkan di kancah nasional.
Di bawah kepemimpinannya, Pergunu tidak lagi hanya menjadi pelengkap. Melainkan pilar penting dalam ekosistem pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) dan Indonesia.
Salah satu penekanan utama Kiai Asep, panggilan akrabnya, sejak awal memimpin Pergunu adalah pentingnya kemandirian. Beliau secara tegas menyatakan bahwa Pergunu dalam masa kepemimpinannya tidak akan terus bergantung pada PBNU.
"Harus mampu menjadi organisasi yang menopang PBNU melalui program-program produktifnya," katanya.
Visi tersebut bisa diwujudkan melalui berbagai inisiatif strategis yang berfokus pada penguatan sumber daya manusia (SDM) dan kemandirian finansial. Kiai Asep, yang juga dikenal sebagai "Kiai Miliarder".
Kesuksesannya mengelola pesantren dan berbagai unit usaha, juga sering membagikan kunci suksesnya tersebut kepada para kader Pergunu. Keteguhan hati, kesabaran, keikhlasan, dan kerja keras.
"Kiai Asep memiliki keyakinan mendalam bahwa kader Pergunu harus tampil sebagai solusi atas berbagai masalah keumatan dan kebangsaan. Oleh karena itu, program-program kerja di bawah arahannya sangat menekankan pada peningkatan kompetensi guru NU," terangnya.
Beberapa inisiatif kunci dan terobosan yang dilakukan Kiai Asep pada Pergunu, meliputi, satu, peningkatan kualitas SDM, yaitu dengan menggalakkan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk mewujudkan sumber daya Pergunu yang mumpuni.
Kedua, aktif melakukan advokasi dan perlindungan, dengan memperkuat peran Pergunu dalam mengadvokasi hak-hak guru dan tenaga pendidik NU, memastikan kesejahteraan dan perlindungan profesi mereka.
Ketiga, membangun jaringan dan kolaborasi untuk memperluas jejaring Pergunu, baik dengan institusi pendidikan lain, pemerintah, maupun lembaga terkait, untuk membuka lebih banyak peluang bagi anggotanya.
Di bawah kepemimpinan Kiai Asep, Pergunu nyatanya mengalami pertumbuhan signifikan, baik dari segi keanggotaan maupun jangkauan program. Pelantikan pengurus di berbagai wilayah dan daerah yang begitu semarak dengan program-program menjadi bukti nyata ekspansi organisasi ini.
Keberhasilannya tidak hanya terlihat dari sisi organisasi, tetapi juga dari inspirasi yang ia berikan kepada para guru. Kiai Asep sering berbagi kisah hidupnya yang inspiratif, dari nol hingga mencapai kesuksesan, yang memotivasi ribuan guru NU untuk gigih dan ulet dalam menjalankan profesi mulia mereka.
Selain itu, kisah sukses Kiai Asep memimpin Pergunu adalah tentang keberanian untuk bermimpi besar dan konsistensi dalam mewujudkannya. Dengan landasan kemandirian dan fokus pada peningkatan kualitas SDM, Pergunu di bawah kepemimpinannya siap menghadapi tantangan zaman dan terus berkontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
"Maka bermodalkan hal di atas ini, Kiai Asep tentu saja sangat layak menahkodai PBNU sebagai Rois Am, apalagi pesantren Kiai Asep (PP Amanatul Umat) sangat besar dengan jumlah puluhan ribu santri," katanya.
Sementara Prof Dr KH Said Aqiel Siraj MA, terang KH Imam Jazuli, memiliki beberapa alasan potensial untuk menjadi Rais Aam PBNU. Antara lain, pernah memimpin PBNU sebagai Ketua Umum selama dua periode (2010-2021), serta memberikan pemahaman yang komprehensif pada struktur organisasi dan dinamika internal NU.
Selain itu, posisinya sebagai tokoh sentral NU selama bertahun-tahun membangun jaringan yang kuat di tingkat nasional maupun internasional. "Beliau juga, memiliki latar belakang pendidikan tinggi (doktor dari Universitas Umm Al-Qura, Arab Saudi) dan keilmuan Islam yang luas," katanya.
Lalu, selama kepemimpinannya, beliau dikenal memiliki terobosan dalam memajukan NU, antara lain fokus pada pengkaderan dan kemandirian finansial organisasi. Dan, yang paling penting adalah adanya dukungan Kiai sepuh.
"Selama ini Kiai Said termasuk sering silaturahmi ke pengasuh pondok-pondok pesantren, terutama ke pengasuh kiai sepuh," lanjutnya.
Perlu diingat, biasanya keputusan Kiai Said untuk maju dalam kontestasi sebelumnya seringkali didasari oleh permintaan atau dukungan dari kiai-kiai sepuh dan pengurus wilayah. Penting juga dicatat bahwa pemilihan Rais Aam PBNU melibatkan mekanisme internal yang disebut Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa).
"Di mana sembilan ulama sepuh yang terpilih akan bermusyawarah untuk menentukan Rais Aam. Wallahu'alam bishawab," tukasnya. (zen)
Sumber: