Ia pun berharap, kedepannya, harga gabah bisa konsisten. Sehingga petani sepertinya bisa terbantu dari hasil penjualan gabah.
“Alhamdulillah panen kali ini harganya bagus. Mudah-mudahan konsisi seperti ini terus terjadi setiap masa panen, agar petani tidak terus rugi,” katanya.
Dengan begitu kata dia, biaya pengelolaan sawah bisa terbantu. "Semua sudah tahu, ngelola sawah itu mahal. Harga pupuknya mahal dan lainnya, kan harus diperhitungkan," lanjutnya.
Pengusaha beras Kabupaten Cirebon, H Darus tidak menampik, adanya kenaikan harga gabah, dilandasi oleh kenaikan harga beras nasional.
Tapi, semua itu rupanya tidak membuat pengusaha senang. Mereka justru mengerutkan dahi.
Bahan bakunya, menjadi sulit didapat. Tidak semua petani menanam padi. Kalaupun ada, mereka enggan menjualnya.
"Padinya jadi sulit kita dapatkna. Kalaupun ada, yang sudah berbentuk beras, kita belinya diharga yang sudah tinggi," kata Darus.
Mending, ketika harganya terus stabil. Seringnya, harganya tidak menentu.
"Kan beras bulog juga beredar. Itu juga mengganggu harga dari kita. Sudah belinya mahal, pas mau dikeluarkan harganya jatuh. Kan repot," pungkasnya. (zen)