7 Sungai di Kabupaten Cirebon Tercemar karena Sampah, Ini Curhatan Wakil Bupati Tentang Prilaku Masyarakatnya

Senin 18-09-2023,11:30 WIB
Reporter : Zezen Zaenudin Ali
Editor : Iing Casdirin

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON  - 7 Sungai besar yang ada di Kabupaten Cirebon tercemar, sampah dan limbah lah salah satu penyebab utamanya.

Ya, pembahasan sampah dan lingkungan tak pernah ada habisnya. Selalu menjadi persoalan. Dampaknya pun signifikan. Sudah mulai dirasakan, menimbulkan tingkat pencemaran air sungai mengkhawatirkan. Airnya, sudah tidak layak dikonsumsi.

Kalau demikian, siapa yang harus disalahkan? Wakil Bupati Cirebon, Hj Wahyu Tjiptaningsih SE MSi ketika ditemui Rakyat Cirebon mengaku, tidak dalam kapasitasnya untuk saling menyalahkan.

Tapi satu hal yang patut diperhatikan, pola hidup dan pola fikir masyarakat menjadi salah satu yang perlu dikoreksi.

BACA JUGA: Cara Pengajuan KUR BRI 2023, Bisa Mendapatkan Modal Usaha Puluhan hingga Ratusan Juta 

"Kita memang harus mengubah maindset masyarakat Kabupaten Cirebon. Untuk tidak membuang sampah sembarangan," kata Wabup Cirebon.

Ayu--sapaan untuknya menyampaikan pengalamannya, ketika membersihkan sungai dari tumpukan sampah di desa-desa.

Sampah sudah dibersihkan, namun tidak bertahan lama. Setelah itu, sampah kembali numpuk.

Dibutuhkan kerjasama untuk saling menjaga. Satu frekuensi bersama pemerintah daerah menciptakan lingkungan bersih tanpa sampah. "Bagaimana caranya? Kita harus mengedukasi masyarakat," katanya.

Memang merubah pola hidup masyarakat, tak semudah membalikan telapak tangan. Sulit. Khususnya dalam hal membiasakan hidup bersih dan sehat, tak membuang sampah disembarang tempat.

"Untuk merubah jangan buang sampah sembarangan ini agak sulit. Karena tidak bisa seperti membalikan telapak tangan," katanya.

BACA JUGA:
Ajukan Modal KUR BRI untuk Pengembangan UMKM, Perhatikan Syarat dan Ketentuannya, Bisa Offline

Makanya kata dia, perlu upaya penyadaran dilakukan massif. Tidak hanya kepada kalangan usia dewasa. Tapi juga menyasar kalangan anak-anak.

"Kalau sekarang kita sudah mendidik anak-anak kita dari kecil supaya berperilaku hidup bersih dan sehat, ini mungkin baru bisa dirasakan 20-25 tahun kedepan perubahannya," kata dia.

Harus ada kerjasama masyarakat dengan dinas lingkungan hidup (DLH) sebagai dinas tekhnisnya, kemudian DPUTR terkait alat berat untuk membersihkan sungai kotor.  

Adapun untuk program penanaman pohon, sebagai langkah untuk melestarikan sungai, sebenarnya sudah sering dilakukan. Tidak hanya melalui pemerintah daerah saja. Tapi, termasuk melalui pemerintah pusat, unsur masyarakat dan pihak swasta. Sudah dilakukan.

"Kalau untuk penanaman pohon, sudah sering kita lakukan. Bekerjasama dengan TNI/Polri, menanam pohon di tepi-tepi pantai. Membuat hutan bakau. Itu sudah kita lakukan, sebagai upaya menjaga lingkungan," katanya.

Menanam pohon disekitar area sungai. Guna mempertahankan kelestarian sungai dan menciptakan sumber mata air baru dari tanaman pohon yang ditanam. Sudah dilakukan.

Itu, sebagai ikhtiar pemerintah daerah untuk mengurangi tingkat pencemaran air sungai. Tapi ujungnya kata Ayu kembali pada kesadaran masyarakatnya.

"Kita tidak pernah putus asa terus berupaya bekerja memberikan edukasi, memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat," katanya.

"Kalau lingkngan bersih, lingkungan sehat, keluarga juga menjadi sehat juga," lanjutnya.

BACA JUGA: Lari ke Pinjol karena Tidak Ada Pilihan, Kenali Resikonya Sebelum Terpaksa Pinjam Modal ke Pinjol

Sebelumnya, pemerintah daerah diminta serius menangani persoalan sungai. Pasalnya, sudah 7 sungai di Kabupaten Cirebon yang kondisi airnya tercemar, sangat mengkhawatirkan.

Tidak mudah memang. Tapi perlu dilakukan. Agar ekosistem sungai bisa terus aman keberlangsungannya. Salah satu Aktivis Lingkungan di Cirebon, Deddy Majmoe menekankan, perlunya kesadaran kolektif dari semua unsur.

Karena persoalan air sungai yang mengalami pencemaran itu, salah satu penyebabnya karena mendominasinya sampah di sungai. Hampir mayoritas sungai-sungai tercemar yang telah disebutkan oleh DLH, faktor penyebabnya karena persoalan sampah tersebut.

"Pemda harus serius menangani masalah air sungai. Sampah itu menjadi salah satu bagian dari penyebabnya," kata Deddy.

"Alangkah baiknya pola penyadarannya tidak hanya dilakukan dalam kegiatan seremonial saja, yang manfaatnya saat itu juga. Padahal biaya besar," pungkasnya. (zen)

Kategori :