RAKYATCIREBON.ID, KEJAKSAN - Sebagai salahsatu upaya pengendalian inflasi, Bank Indonesia mendorong agar masyarakat dari semua kalangan dan profesi, ikut terlibat.
Jumat (13/10), Bank Indonesia, bersama dengan Komisi XI DPR-RI, mencoba memberikan pemahaman kepada para kepala sekolah, serta guru SMK sederajat di Kota dan Kabupaten Cirebon terkait dengan inflasi, serta apa yang bisa mereka lakukan untuk mengendalikannya.
Edukasi tersebut disampaikan Bank Indonesia melalui forum Diskusi Publik bertajuk membangun ketahanan ekonomi daerah.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon, Hestu Wibowo mengungkapkan, semua pihak perlu memahami dan ikut berpartisipasi dalam upaya pengendalian inflasi, termasuk para pendidik.
Kepada para pendidik, Hestu mencoba memberikan pemahaman mengenai beberapa hal, mulai dari apa itu inflasi, apa penyebabnya, hingga apa peran mereka dalam pengendalian inflasi.
Dijelaskan Hestu, kondisi inflasi dihitung oleh BPS dengan memperhatikan 120 komoditi berdasarkan karakteristiknya.
"Keseluruhan komoditi itu, dibagi menjadi tiga," ungkap Hestu.
Tiga pengelompokkan komoditi yang dimaksud, disebutkan Hestu, pertama, adalah kelompok komoditi bahan kebutuhan pokok yang harganya terus bergejolak.
Komoditi kelompok pertama ini, dicontohkan seperti bahan pangan beras, cabai, bawang, telut, daging dan bahan pokok lainnya.
Kelompok kedua, adalah komoditi, atau sektor barang dan jasa, yang harganya diintervensi, atau bahkan ditetapkan oleh kebijakan pemerintah, kelompok kedua ini dicontohkan Hestu, seperti harga BBM, tarif-tarif dan retribusi serta pajak daerah, seperti tarif PDAM.
Kelompok ketiga, adalah kelompok penyebab inflasi inti, yakni komoditas yang harganya bukan lagi ditentukan di ranah domestik, ditentukan oleh kondisi dan situasi nasional global, bahkan kondisi internasional, seperti komoditi emas dan minyak bumi.
Tiga kelompok komoditi, melekat secara berbeda dengan berbagai negara, dan di Indonesia, inflasi lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok pertama.
"Berbeda dengan negara maju lain, inflasinya karena harga emas, di Indonesia ini lebih banyak karena kelompok pertama," jelas Hestu.
Di wilayah III, kata Hestu, fokus pengendalian inflasi dilakukan di Kota Cirebon, sebagai daerah yang dianggap perekonomiannya paling tinggi.
"Kota Cirebon, masih dalam tahap terkendali, TPID terus berkoordinasi dengan semua pihak memitigasi resiko, termasuk perubahan cuaca, karena berpengaruh terhadap pasokan, dari sisi suplay berkurang," ujar Hestu.