CIREBON - Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Jawa Barat tempati ranking buncit. Dari 34 provinsi yang dinilai, Jawa Barat peringkat ke-33.
Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jawa Barat, Gilang Sailendra membenarkan, ranking buncit IPP Jawa Barat disebabkan karena jumlah pemuda hanya 18 persen dari populasi.
"Penduduk Jawa Barat itu hampir 50 juta. Lebih tepatnyab48,3 juta. 18 persennya itu pemuda," ujar Gilang dalam sebuah acara di Kota Cirebon.
Sebagai provinsi kantung penduduk, presentase jumlah pemuda di Jawa Barat tergolong rendah. Sehingga, eksistensi kepemudaan dianggap kurang tampak oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dijelaskan Gilang, ada lima domain penilaian IPP. Antara lain domain kesehatan, domain pendidikan, domain tenaga kerja, domain kesetaraan gender dan domain kepemimpinan pemuda.
Padahal, semua domain itu hidup dan dikelola dengan baik di Jawa Barat. Namun karena rasio pemuda dan total poluasi Jawa Barat terpaut jauh sehingga tidak berpengaruh signifikan.
"Jawa Barat peringkatnya pangais bungsu. Dari 34 provinsi peringkat ke 33. Teorinya sama dengan Kaltara, provinsi yang baru itu," kata dia.
Gilang menyebut, provinsi dengan ranking IPP terbaik ialah Yogyakarta di peringkat 1 dan Bali di peringkat 2.
Dia membandingkan, Yogyakarta, Bali dan Jawa Barat sama-sama punya basis kepemudaan yang baik. Hanya saja, Jawa Barat belum dilihat secara parsial.
"Oleh karena itu kepemimpinan pemuda, OKP, KNPI dan lain sebagainya perlu ditingkatkan sebagai bagian dari potensi pemuda di Jawa Barat," katanya.
Gilang berharap, kiprah pemuda di Jawa Barat harus dilihat secara komprehensif. Sehingga mampu melahirkan karya bagi pembangunan di wilayahnya.
"Mudah-mudahan semakin banyak organisasi kepemudaan bisa mendongkrak IPP Jawq Barat. Ini jadi tantangan dan mudah-mudahan bisa bersaing dengan provinsi lain," kata dia.
Jawa Barat berkontribusi secara nasional. Sebab merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak saat in.
Secara umum IPP nasional selama 2015 sampai 2020 meningkat meski tidak signifikan, bahkan dapat dikatakan relatif datar.
Rentang 2015-2019, IPP nasional naik dari 48,67 pada 2015 menjadi 52,67 pada 2019. Dengan kata lain, setiap tahun ada peningkatan rata-rata 1 persen per tahun.