Uang Palsu Beredar di Makassar, Bank Indonesia: Masyarakat Tak Perlu Risau

Jumat 20-12-2024,20:31 WIB
Reporter : Indah Tri
Editor : Indah Tri

MAKASSAR, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Bank Indonesia (BI) memberikan respon terhadap insiden pemalsuan uang yang terjadi di UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, menyampaikan apresiasinya kepada aparat penegak hukum atas pengungkapan kasus pemalsuan dan peredaran uang palsu di Sulawesi Selatan, khususnya di lingkungan UIN Makassar.

Bank Indonesia telah menjalin kerjasama yang intensif dengan Polda Sulawesi Selatan untuk mengungkap kasus pemalsuan uang di UIN Alauddin Makassar tersebut.

"BI siap memberikan dukungan penuh kepada Polri dalam proses penyidikan, termasuk memberikan klarifikasi terkait barang bukti uang palsu dan menyiapkan bantuan ahli Rupiah jika dibutuhkan," ujar Marlison pada Jumat (20/12).

Marlison juga menjelaskan bahwa koordinasi ini sejalan dengan peran Polri dan Bank Indonesia sebagai bagian dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal), yang terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia.

Bank Indonesia menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak merasa khawatir saat bertransaksi tunai.

Masyarakat disarankan untuk mengenali uang asli dengan metode 3D: Dilihat, Diraba, dan Diterawang.

"Masyarakat tidak perlu khawatir saat bertransaksi tunai di pasar atau tempat lainnya. Cukup periksa dengan cara dilihat, diraba, dan diterawang," jelasnya.

Jika menemukan uang yang dicurigai palsu, masyarakat diminta untuk segera melaporkannya kepada pihak berwenang, perbankan, atau Bank Indonesia.

"Jika uang yang ditemukan ternyata palsu, laporkan langsung kepada pihak berwenang atau Bank Indonesia terdekat," tambahnya.

Marlison juga menyampaikan bahwa rasio uang palsu terhadap uang yang beredar (UYD) menunjukkan penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2024, rasio tersebut tercatat 4 lembar per juta uang yang beredar (4 ppm), lebih rendah dibandingkan dengan 2022 dan 2023 yang masing-masing tercatat 5 ppm.

"Alhamdulillah, uang palsu tahun ini mengalami penurunan. Tahun 2024 hanya sekitar 4 lembar per juta, sedangkan pada 2022 dan 2023, angkanya mencapai 5 lembar per juta, jadi penurunannya cukup signifikan," ujar Marlison.

Selain itu, uang palsu yang ditemukan memiliki kualitas rendah, menggunakan kertas HVS dan cetak offset biasa, sehingga mudah dikenali oleh masyarakat dengan metode 3D.

Sebagai informasi, berdasarkan Currency News edisi November 2024, uang kertas Rp 50.000 tahun emisi 2022 menempati peringkat kedua sebagai "World's Most Secure Currencies" versi BestBrokers, sebuah lembaga independen yang mengkhususkan diri dalam analisis dan pemeringkatan platform perdagangan keuangan.

Kategori :