5 Kesalahan Fatal Saat Backup Data yang Wajib Dihindari (Agar Data Aman)

Sabtu 29-11-2025,00:39 WIB
Reporter : Farida Alviyani
Editor : Farida Alviyani

RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Mengamankan data melalui backup rutin adalah salah satu tindakan pencegahan paling mendasar yang wajib kita lakukan di era digital ini. Namun, seringkali niat baik untuk memiliki backup terganjal oleh praktik yang kurang tepat. Hasilnya? Ketika bencana data benar-benar datang, backup yang kita andalkan malah tidak berfungsi.

Berikut ini adalah lima keteledoran paling sering terjadi dalam urusan backup data yang patut kita cermati dan hindari:

1. Sama Sekali Tidak Pernah Mencoba Menguji Proses Pemulihan (Restorasi)

Ini mungkin adalah blunder paling fatal. Banyak orang merasa aman hanya karena perangkat lunak backup mereka menunjukkan notifikasi "Backup Selesai Sukses". Kita berasumsi data itu ada dan baik-baik saja di tempat penyimpanannya. Padahal, bisa saja file yang disalin sudah rusak sejak awal, proses enkripsi bermasalah, atau software pemulihannya terlalu rumit sampai kita menyerah duluan saat panik.

Cara Mengatasi Keteledoran Ini: Jangan hanya menyimpan, tapi uji coba pulihkan data backup Anda sesekali. Coba ambil beberapa file acak dari backup terbaru dan pindahkan ke lokasi lain. Anggap ini sebagai "simulasi bencana" kecil. Jika berhasil, barulah Anda boleh menarik napas lega.

2. Menggantungkan Diri Hanya pada Satu Salinan Backup

Bayangkan Anda menyimpan semua uang Anda di satu dompet. Jika dompet itu hilang, rusak, atau dicuri, tamatlah riwayatnya. Hal yang sama berlaku untuk backup. Mengandalkan satu external hard drive atau satu akun cloud saja sangat berisiko. Jika perangkat itu jatuh, terbakar, atau diserang ransomware (yang kemudian menyebar ke drive yang terhubung), Anda akan kehilangan data asli dan data cadangan sekaligus.

Cara Mengatasi Keteledoran Ini: Segera terapkan Prinsip 3-2-1 . Ini adalah filosofi sederhana:

  • Kita harus punya 3 salinan data (data kerja dan dua backup).
  • Simpan backup di 2 jenis media penyimpanan yang berbeda (misalnya, satu di disk lokal, satu di cloud).
  • Posisikan 1 salinan backup di lokasi yang terpisah jauh (off-site), seperti layanan cloud profesional, agar aman dari bencana fisik di lokasi Anda.

3. Membiarkan Backup Tidak Terlindungi dari Ransomware atau Bahaya Lain

Ini sering terjadi pada pengguna rumahan atau bisnis kecil. Mereka melakukan backup ke external hard drive yang selalu tercolok di komputer. Nah, ketika ransomware mampir, mereka dengan gampang mengunci semua file di komputer kita dan langsung menjalar ke drive cadangan yang tercolok tadi. Jadi, backup kita ikut terkunci. Sial, kan?

Cara Mengatasi Keteledoran Ini: Kita harus membuat backup kita "air-gapped" atau istilah mudahnya, terisolasi. Setelah proses backup selesai, cabut hard drive itu, atau matikan akses jaringannya! Kalau pakai cloud, cari layanan yang punya fitur seperti immutability (kekebalan) atau versioning yang canggih. Fitur ini memastikan file backup Anda yang baru, misalnya yang sudah terinfeksi, tidak bisa menghapus atau merusak versi backup lama yang masih bersih.

4. Tidak Pernah Mengecek Apa Saja yang Sebenarnya Masuk ke Dalam Backup

Di awal, kita mungkin semangat dan hanya menunjuk folder "Dokumen" untuk di-backup. Tapi, seiring berjalannya waktu, kita sering lupa kalau file kerja penting malah tersimpan di folder "Desktop", folder download, atau partisi lain. Begitu komputer bermasalah dan kita mau memulihkan, jeng jeng! Ternyata file kerja terbaru yang dicari tidak pernah ikut di-backup. Sia-sia, deh.

Cara Mengatasi Keteledoran Ini: Lakukan "audit" rutin pada pengaturan backup Anda, anggaplah ini seperti bersih-bersih rumah. Luangkan waktu 15 menit setiap bulan untuk lihat lagi folder mana yang dicakup software Anda. Pastikan semua folder yang Anda gunakan untuk menyimpan kerjaan, database, hingga file konfigurasi program baru sudah masuk ke daftar backup.

5. Melakukan Backup dengan Interval Waktu yang Terlalu Jarang

Seberapa sering Anda menekan tombol backup (atau mengatur jadwal backup) harus sebanding dengan nilai kerugian jika data itu hilang. Coba bayangkan: Anda seorang penulis yang naskahnya terus berubah, dan Anda hanya backup di hari Minggu. Kalau laptop crash di hari Jumat, Anda kehilangan hampir seminggu penuh pekerjaan!

Cara Mengatasi Keteledoran Ini: Tentukan seberapa besar toleransi Anda terhadap kehilangan data. Istilah teknisnya RPO (Recovery Point Objective). Kalau Anda tidak mau kehilangan kerjaan lebih dari satu jam, maka Anda harus memasang backup harian dan juga backup inkremental yang berjalan setiap jam. Semakin krusial data itu, semakin ketat dan sering jadwal backup harus diatur.

Kesimpulan: Jangan Sampai Nasi Sudah Jadi Bubur

Mengurus backup memang terkadang terasa membosankan, seperti tugas yang harus diselesaikan. Tapi ingat, hari terbaik untuk menguji backup Anda adalah hari sebelum bencana terjadi.

Dengan menghindari lima keteledoran yang sudah kita bahas ini, Anda tidak hanya memiliki backup data, tetapi Anda memiliki Rencana B yang solid, andal, dan siap menyelamatkan Anda dari kepanikan hilangnya data berharga. Yuk, segera cek backup Anda sekarang!(*)

Kategori :