RAKYATCIREBON.ID – Bagi pelajar, menyadari tentang isu sosial, jarang terjadi. Hanya yang terlatih saja lah, yang mampu. Tapi, pelajar MAN 1 Cirebon yang tergabung dalam kelompok Saung Literasi sudah mulai dikenalkan. Bahkan, rela datang jauh-jauh ke Institut Fahmina, untuk mengkajinya.
Melalui program silaturliterasi buku Jilbab dan Aurat karyanya Buya Husein Muhamad pun dikupas tuntas. Demi merangsang pemahaman tentang isu sosial di masyarakat. Soal jilbab dan aurat, kata kiyai yang juga merupakan penulis buku Fiqih Perempuan itu, perempuan adalah proses peradaban.
Ia diciptakan. Sengaja, oleh kuatnya arus budaya patriarki dizaman dulu. Dampaknya pun, perempuan berposisi dibawah--bukan prioritas. Itu masih terjadi sampai kini. Makanya, perempuan sekarang, harus sehat, cerdas, mandiri. Tidak memiliki ketergantungan kepada laki-laki.
“Yang mendasari kalian dekat dengan isu-isu perempuan karena kuatnya patriarki di zaman dahulu. Perempuan disegala ruang terdiskriminasi. Proses pembodohan perempuan adalah memasukkan perempuan dalam rumah,” katanya, kemarin.
Kiyai yang sekaligus aktivis HAM itu menegaskan generasi muda sekarang, haruslah peka terhadap isu-isu sosial. Selalu semangat berkarya dan melakukan perubahan. Jangan sampai membiarkan keseharian generasi muda, pergi tanpa membaca, menulis dan mencari ilmu pengetahuan.
“Jangan mudah terlena. Cepat puas dengan yang diperoleh. Harus terus membaca, dan menulis,” katanya, tegas.
Nissa Rengganis, penulis sastra yang saat ini menjadi dosen ilmu pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Cirebon pun hadir. Memberikan wejangan dan mengajak untuk mengasah bakat dan aktif dalam menulis serta membaca. Ajakannya, bukan asal-asalan. Ada landasannya.
“Kalau ingin gagasan dan karya kita dikenal, menurut Islam saja sudah tegas. Menulislah,” ungkapnya.
Pembina Saung Literasi MAN 1 Cirebon, Ubaidillah menyampaikan adanya silatuliterasi ini sebagai cara pengenalan kepada para pelajar tentang kesehatan berfikir, serta menumbuhkan semangat dalam berliterasi. Berliterasi bukan hanya dengan cara membaca buku saja, tapi juga membaca lingkungan. “Kita berharap menumbuhkan semangat bagi para siswa dalam mengembangkan literasi di lingkungannya masing-masing,” pungkasnya. (zen)