RAKYATCIREBON.ID- Sebuah inovasi dilakukan para petani di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu untuk menyelamatkan tanaman padi. Dengan menggunakan buah sirih hutan, hama wereng yang mengancam produksi padi berhasil dikendalikan secara maksimal.
Hal itu dilakukan oleh para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Sri Trusmi Satu. Poktan yang diketuai oleh Waklan itu ternyata mampu mengembangkan inovasi untuk menekan ancaman Wereng Batang Cokelat (WBC) di lahan pertanian di desanya. Inovasinya dengan menggunakan buah sirih hutan atau dengan nama lain Piper aduncum L.
Disampaikan Waklan, pihaknya telah menggunakan agen hayati untuk mengendalikan WBC tanpa menggunakan pestisida. Tingkat efektifitas penggunaan bahan alami untuk pengendalian WBC di lahan pertanian di desanya tersebut bisa mencapai 70 persen.
Dengan efektifitas itu, maka tanaman padi bisa terselamatkan dari gangguan wereng dan secara otomatis meningkatkan produktivitas tanaman padi.
\"Alhamdulilah buah sirih hutan cukup efektif dalam penanganan wereng ini. Dampaknya produksi dan kualitas padi semakin meningkat karena gangguan wereng dapat diminimalisir,\" jelasnya, Rabu (8/9).
Menanggapi inovasi tersebut, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Takdir Mulyadi menyampaikan apresiasi.
Bahkan pihaknya berkomitmen untuk terus menggenjot berbagai inovasi yang dilakukan oleh para petani. Sehingga upaya peningkatan produktivitas padi dengan menekan laju organisme penganggu tanaman dapat terwujud dan memberikan dampak positif.
\"Kelompok Tani Sri Trusmi ini konsisten dalam melakukan inovasi agen hayati dan sudah dirasakan manfaatnya saat ini,\" ucapnya.
Atas inovasi itu pula, Camat Kedokanbunder, Andri M Shaleh mengaku sangat bangga. Terlebih lagi kelompok tani tersebut pernah menjadi yang terbaik pada tingkat nasional. Kelompok tani itu juga telah mempunyai laboratorium yang sangat modern bantuan dari Pertamina.
Untuk itu, ia pun berucap syukur atas keberadaan poktan yang kreatif di wilayah tugasnya tersebut. \"Kita bersyukur punya kelompok tani yang mengembangkan inovasi untuk menekan laju organisme penganggu tanaman dengan berbahan dasar hayati. Apalagi ini menjadi percontohan nasional,\" pungkasnya. (tar)