RAKYATCIREBON.ID – Kisruh di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon makin panas. Adu kuat antara dua kubu, yakni Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin dan Rahardjo Djali (Sultan Sepuh Aloeda II) dipertontonkan di muka publik. Rabu (25/8), kedua kelompok sampai saling lempar.
Dari pantauan Rakyat Cirebon, kericuhan sebenarnya dimulai sejak Selasa (24/8) malam. Sekelompok warga di sekitar Keraton Kasepuhan mendatangi kediaman Rahardjo Djali di Umah Kulon. Karena mendengar ada keluarga PRA Luqman Zulkaedin yang diusir.
Malam itu kondisi bisa dikondusifkan, karena aparat kepolisian serta unsur TNI ikut bersiaga di keraton. Namun pagi harinya, Rabu (25/8) keributan terjadi lagi. Penyebabnya, karena Rahardjo Djali bersikeras melangsungkan pelantikan perangkat (cabinet) Keraton Kasepuhan Cirebon yang akan membantunya dalam menjalankan roda kepemimpinan.
Namun saat pembacaan naskah pelantikan, keluarga dari pihak Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin, yakni Ratu Alexandra Wuryaningrat mendatangi tempat pelantikan. Imbasnya, situasi memanas karena kedua pihak saling berhadapan.
Adu mulut pun terjadi. Sampai terjadi aksi saling dorong oleh kedua kubu. Beruntung, setelah kurang lebih setengah jam bersitegang, kondisi kembali kondusif setelah ditengahi aparat keamanan.
Sampai siang hari, situasi di dalam keraton masih mencekam. Puncaknya, sekitar pukul 13.00 WIB, terjadi insiden saling lempar batu yang belum bisa dipastikan siapa yang memulai.
Tak berjalan lama, aksi saling lempar pun kembali ditengahi petugas. Bahkan Kapolres Cirebon, AKBP Imron turun menenangkan situasi. Insiden tersebut menyebabkan beberapa bagian keraton mengalami kerusakan. Halaman Bangsal Jinem Pangrawit pun dipenuhi batu yang tergeletak.
Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan, Ratu Alexandra Wuryaningrat mengungkapkan, kegiatan di Bangsal Jinem Pangrawit pada Rabu pagi dilaksanakan tanpa ada konfirmasi dan izin dari pihak pengelola. Sehingga sudah wajar jika ada peneguran, sampai ada pembubaran.
\"Kegiatan ini (pelantikan perangkat keratin, red) tidak ada pemberitahuan kepada saya selaku direktur BPKK. Mohon maaf ini tanpa izin. Saya kaget tiba-tiba ada kegiatan ini. Jadi kita minta bubar,\" ungkap Alexandra.
Setiap pagi, lanjut Alexandra, dirinya sebagai pengelola keliling untuk mengontrol Keraton Kasepuhan, untuk melihat kebersihan dan keamanan. Karena selama PPKM, keraton tidak dibuka untuk umum.
Namun saat melihat di Bangsal Jinem Pangrawit ada kegiatan, ia mengaku kaget sekaligus prihatin. Karena Jinem Pangrawit bukan tempat untuk pelantikan. Terlebih, dilakukan bukan oleh Sultan Sepuh XV.
\"Saya prihatin, ada kegiatan tanpa izin. Apalagi, Keraton Kasepuhan ini dipimpin oleh PRA Luqman. Tidak ada sultan yang lain. Jadi ini sudah merusak marwah Keraton Kasepuhan. Kita sudah melaporkan semua kejadian ke kepolisian. Mulai dari penyegelan oleh Pangeran Kuda Putih, kegiatan Rahardjo. Semuanya kita sudah laporkan,\" kata Alexandra.
Sementara itu, dalam keterangannya, Rahardjo Djali mengaku pelantikan perangkat Keraton Kasepuhan versi dirinya sudah selesai dan berjalan dengan baik.
Mengenai kejadian saat pelantikan, ada pihak yang datang dan sempat ingin membubarkan acara, Rahardjo menanggapi santai. Karena menurutnya, dalam segala hal, sudah wajar jika ada pihak yang tidak puas.
\"Tadi terlaksana dengan baik. Keraton Kasepuhan dalam keadaan kondusif dan aman, kita harap seterusnya. Kalau ada yang tidak puas, mari kita selesaikan melalui jalur hukum,\" tantangnya. (sep)