RAKYATCIREBON.ID – Pasca adanya keputusan Mahkamah Partai Golkar beberapa waktu lalu, dinamika kepengurusan di DPD Partai Golkar Indramayu dinyatakan sudah final.
Namun mantan Ketua DPD Partai Golkar Indramayu, Daniel Mutaqien Syafiuddin mengecam, karena masih menyisakan persoalan yaitu sejumlah ketua PK dan pengurus masih berstatus terlapor di kepolisian.
Sebagai kader dan anggota militan DPD Partai Golkar Indramayu, Daniel mengaku prihatin dan kecewa dengan sikap arogan kepengurusan DPD Partai Golkar yang dipimpin H Syaefuddin yang telah disahkan.
Ia kecewa karena para Ketua PK yang telah berjuang selama Pemilu dan Pilkada kemarin dipolisikan oleh Pengurus DPD Golkar Indramayu.
“Sampai sekarang Ketua PK dan beberapa pengurus PG Indramayu itu statusnya masih sebagai terlapor di Polres Indramayu, atas tuduhan Pasal 335 tentang perbuatan tidak menyenangkan,” jelasnya, Kamis (19/8).
Menurut Daniel, sedikit banyaknya kebesaran Partai Golkar di Indramayu, juga atas kerja keras kader-kader di bawah. \"Mereka itu (ketua PK dan pengurus, red) kan layaknya seperti anak-anak kita, harusnya kepengurusan yang baru berbuat layaknya sebagai orang tua yang mampu menuntun pada hal yang baik, bukan mempertontonkan ketidak baikan,” ungkapnya.
Daniel menyesalkan dan mengecam keras sikap Pengurus DPD PG Indramayu yang tidak dapat merangkul dan menyelesaikan konflik tersebut secara internal. Hal ini tentu akan menjadi preseden buruk serta mengganggu kelangsungan organisasi kedepannya.
\"Harusnya selesaikanlah persoalan itu di internal saja, kenapa tidak mampu untuk merangkul sih, kok harus sampai dipolisikan gitu kan lucu. Pengurus dan kader harus tetap solid, sehingga dapat menjalankan roda organisasi secara baik,” ujarnya.
Ditegaskan, kedepan tantangan DPD Partai Golkar Indramayu sangat berat, khususnya menjelang Pemilu Serentak yang akan digelar pada tahun 2024 mendatang.
“Bagaimana bisa mempertahankan suara mayoritas Golkar di Indramayu, jangankan mendapat kembali 22 kursi di DPRD tingkat II, merebut 10 kursi saja sudah bagus kalau gaya-gaya arogan dan tidak mengayomi masih tetap dipakai,” tandasnya. (tar/ril)