RAKYATCIREBON.ID - Pandemi Covid-19 tidak hanya berimbas pada sektor usaha kecil menengah (UKM) seperti PKL, pedagang rumahan, perhotelan, maupun pariwisata. Namun juga membuat lesu para pelaku usaha jasa konstruksi di Kota Cirebon. Selain refocusing anggaran, kalau pun ada proyek yang lolos, pekerjaan tidak diperoleh kontraktor lokal. Mayoritas dinikmati kontraktor luar.
Dampaknya, pelaku usaha jasa konstruksi kehilangan pekerjaan dan tidak ada pemasukan sama sekali untuk menafkahi keluarganya. Pasalnya, kegiatan infrastruktur yang tetap dipertahankan dan lolos dari refocusing pun, gagal mereka dapatkan karena disinyalir dikuasai beberapa gelintir orang di pusaran kekuasaan.
Salah satu kontraktor Kota Cirebon, Nano mengatakan, sejak tahun 2020 para pengusaha jasa konstruksi harus gigit jari karena pandemi. Namun tahun ini lebih menyakitkan lagi. Karena proyek yang ada, meskipun dari segi nilai terbilang kecil, rata-rata dimenangkan oleh perusahaan dari luar Kota Cirebon.
\"Pengusaha barang dan jasa di Kota Cirebon kesulitan. Tahun ini, proyek kena semua oleh pemborong dari luar kota,\" keluh Nano, Selasa (3/8).
Nano membeberkan, tahun ini ada 45 paket pekerjaan perbaikan sarana prasarana sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun proses lelang terkesan menyulitkan untuk kontraktor lokal. Jadinya, pemenang dari 45 paket pekerjaan tersebut didominasi kontraktor luar.
\"Aturan lelang menyulitkan, padahal Keppres sendiri bunyinya harus mempermudah para kontraktor setempat. Tapi aturan lelangnya menyulitkan. Contohnya, ada salah satu persyaratan yang memberatkan. Dalam rekening koran perusahaan harus ada 20 persen dari nilai kontrak. Itu menyulitkan kita,\" jelasnya.
Bahkan dari kasus lelang 45 paket pekerjaan tersebut, sambung Nano, para pelaku usaha jasa konstruksi lokal menduga, ada semacam penggiringan yang didalangi oleh oknum. Oknum itulah yang menjembatani para kontraktor luar untuk mendapatkan proyek di Kota Cirebon. Seperti kontraktor dari Depok, Tangerang, hingga Pangandaran yang memenangkan lelang.
\"Kami menduga ada oknum luar Kota Cirebon, yang menggiring pemborong luar untuk dapat proyek di Kota Cirebon. Ya, kita menduga kuat ada kedekatan dengan oknum kekuasaan eksekutif yang melakukan intervensi. Kami juga khawatir kasus di Disdik ini juga terjadi di paket-paket pekerjaan lain. Masa sampai paket bernilai kecil juga yang dapat kontraktor luar? Rakus dan gak punya hati ini namanya,\" tandasnya dengan nada ketus.
Belum lagi, kata dia, pekerjaan proyek yang dilakukan kontraktor luar, dikhawatirkan akan berdampak pada kualitas pekerjaan. Karena pemborong non Cirebon akan lebih mengedepankan keuntungan daripada kualitas pekerjaannya.
\"Dibanding yang mengerjakan orang Cirebon sendiri, kalau orang Cirebon kan tentu akan melakukan yang terbaik untuk kotanya,\" imbuh Nano.
Senada diungkapkan pengusaha jasa konstruksi Kota Cirebon lainnya, Hasanudin. Dia mengaku kesulitan. Karena di tengah pandemi yang mendera, para pengusaha yang masih bertahan harus tetap menaati ketentuan administratif. Seperti perpanjangan perizinan dan administrasi lain.
\"Pengusaha jasa konstruksi di Cirebon saat pandemi ini sebagian bubar. Kami yang ada tetap menjalankan SOP. Jadi harusnya ada perhatian untuk para pengusaha lokal,\" ungkap Hasanudin.
Menyoroti 45 paket pembangunan yang sudah dilelang Dinas Pendidikan dan pemenangnya didominasi kontraktor luar, Hasanudin pun menyayangkan. Karena proyek dengan nilai kecil saja dikerjakan oleh kontraktor luar, karena kontraktor lokal dipersulit oleh aturan lelang.
\"Sebanyak 45 paket di Disdik, untuk rehab SD dan SMP itu adalah hak kami sebagai pengusaha jasa konstruksi lokal. Sudah dua tahun kita tak dapat. Padahal paketnya ada, tapi diambil kontraktor luar,\" ucapnya.
Secara umum, Hasanudin melihat, banyaknya lelang yang diikuti dan dimenangkan kontraktor luar, sudah menjadi fenomena di Kota Cirebon beberapa tahun terakhir. Sehingga muncul dugaan ada oknum yang sengaja menggiring kontraktor luar untuk masuk ke Kota Cirebon.