RAKYATCIREBON.ID – Batu Lingga yang berada di tengah sawah Desa Gumulung Lebak, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon menarik perhatian tim Napak Tilas Peninggalan Leluhur Cirebon. Pasalnya, batu tersebut diyakini sebagai batu peninggalan sejarah.
Tim napak tilas turun dan menelitinya. Penelitian dilakukan secara fisik dan metafisik. Tim mengeceknya, meliputi ketinggian batu, diameter dan material disekitarnya.
Selain penelitian fisik, tim juga meneliti secara metafisika mengenai asal usul dan sejarah batu lingga yang hingga kini ada. Hasilnya, diketahui batu tersebut sebagai tanda tapal batas tiga kejaraan masa lalu.
\"Ini batu bersejarah. Kami meyakini sebagai tapal batas tiga kerajaan besar dan kecil dimasa lalu,\" kata salah satu tim, R Sulaeman, kemarin.
Adapun ketiga kerajaan dimaksud kejaraan Pajajaran, Japura dan Majalama. Oleh karenanya, ia pun meminta agar masyarakat bisa tidak merusaknya. Membiarkan lestari, meskipun adanya di tengah sawah warga.
\"Kami minta, tidak dirubah. Alhamdulillah warga pun memahaminya dan tetap merawatnya,\" kata dia.
Bahkan, warga sekitar meyakini, keberadaan batu lingga ini sejak dulu tidak bisa dipindahkan. \"Kepercayaan ini harus diterapkan. Sebagai bentuk penghormatan dan menjaga peninggalan sejarah,\" kata dia.
Menurutnya, keberadaan batu lingga ini, tertera dalam naskah kuno. Diceritakan didalamnya bersama dengan adipati Gumulung.
Makanya, tim tertarik untuk terus mengkajinya lebih dalam. Rencananya, tim napak tilas akan melanjutkan penelusuran jejak sejarah disekitar batu lingga untuk mengungkap peninggalan yang masih ada.
Sebagai informasi, diarea pertanian batu lingga tersebut, warga sekitar masih kental dengan nuansa mistik. Warga sekitar masih meyakini efek mistik darinya. Ketika berlaku sembrono, serakah, akan mendapatkan kesialan.
Keyakinan itu masih dijaganya. Ketika menjelang musim panen, para petani akan menyiapkan sesajen. Ditempatkan disetiap pojok sawah. Istilah itu, dikenal warga dengan sebutan nyungsung. (zen)