RAKYATCIREBON.ID - Untuk pertama kalinya Pendiri Museum Pustaka Thionghoa, Azmi Abubakar datang ke Cirebon, Kamis (17/6). Kunjungan pria asal Aceh itu dalam rangka menelusuri jejak sejarah tulis pergumulan Thionghoa dengan warga pribumi kota wali.
Menurut Azmi, peran warga Thionghoa menunjang roda ekonomi suatu daerah di nusantara yang disinggahinya tak bisa dianggap sepele. Termasuk Cirebon. Lalu Cirebon menjadi kota yang ramai. \"Daerah yang tidak punya hubungan erat dengan warga Thionghoa cenderung sepi (ekonominya, red),\" ujar dia.
Menurut Azmi, Cirebon merupakan contoh nyata \'perkawinan\' Thionghoa dengan warga pribumi bisa melahirkan daerah yang mapan baik infrastruktur sosial maupun ekonominya. Hal itu dibuktikan kerukunan antar umat yang terjaga serta berhasilnya Cirebon menjadi daerah pusat ekonomi di Ciayumajakuning.
\"Apalagi Cirebon mengandung kisah sejarah yang luar biasa. Ketika kita berbicara Indonesia. Inilah Indonesia yang sesungguhnya sebetulnya. Kita bisa mencari jejak keindonesiaan kita di sini,\" katanya.
Menurut Azmi, potensi jejak sejarah hubungan warga Thionghoa dengan warga asli Cirebon sangat besar. Hanya saja belum secara maksimal diabadikan secara tulisan.
\"Tidak banyak yang bisa kita dapatkan. Kisah-kisah dari Cirebon ini. Kita hanya bisa mendengar cerita daru mulut ke mulut. Tapi literaturnya terus terang kami merasa masih sangat kurang,\" tanbah Azmi.
Kedatangannya ke Cirebon juga untuk mengajak para penulis dan pegiat sejarah di Cirebon untuk memperkaya karya tulis tentang jejak sejarah Thionghoa.
\"Ke depannya perlu teladan dari Cirebon ini menggerakan para penulis, sejarawan, budayawan dan lain-lain menghadirkan kisah-kisah dari negeri ini saya berharap seperti itu,\" ucap Azmi.
Tokoh Thionghoa asal Cirebon, Sucipto Chandra mengaku menyambut baik kedatangan Azmi ke kota wali. Menurut Chandra, upaya Azmi menelusuri dan mengumpulkan jejak sejarah tulis Thionghoa juga merupakan upaya merajut persatuan antar umat di nusantara.
\"Abang kita ini (Azmi) melihat memperjuangkan kesetaraan. Dan itu perlu kita teladani sebagai kesetaraan masyarakat. Ke depannya kita harus lebih banyak untuk saling mengenal. Maka kita bisa saling menyayangi,\" katanya.
Chandra menilai, jejak sejarah Thionghoa di Cirebon sangat banyak. Terbesar ialah kisah kedatangan laksamana Ceng Ho dan pernikahan Ong Tien dan Syaikh Syarif Hidayatullah. Disamping bukti-bukti lain seperti berdirinya klenteng dan vihara.
\"Saya kira Cirebon ini luar biasa sebetulnya yah. Tinggal kita lihat sejarah Ong Tien dengan Syaikh Syarifnya inikan suatu sejarah yang dari dulu kebersamaan. Jangan sampai kebersamaan kita ini makin renggang ke depannya. Untuk membangun Cirebon khususnya,\" pungkasnya. (wan)