RAKYATCIREBON.ID - Pemerintah Kabupaten Indramayu menargetkan angka stunting dikisaran 7,50 persen pada tahun 2026 mendatang. Untuk mencapai targetannya diperlukan penanggulangan secara serius dengan melibatkan berbagai pihak.
Atas targetan itu, Bupati Indramayu Nina Agustina meminta semua lintas sektor maupun program untuk berkomitmen melakukan percepatan dan penanganan angka stunting di Kabupaten Indramayu. Hal ini dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indramayu yang lebih baik.
Dikatakan, stunting merupakan gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga status gizi dan kesehatan ibu dan anak merupakan penentu kualitas SDM.
\"Tatkala penanganan stunting tidak dilaksanakan secara sungguh-sungguh tentunya akan menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar untuk daerah,\" jelasnya saat Rembuk Stunting tahun 2021 yang diselanggarakan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indramayu, Selasa (8/6) di Ruang Ki Tinggil Setda Indramayu.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Indramayu menargetkan angka stunting pada tahun 2026 sebesar 7,50 persen. Untuk itu, agar penanganan penurunan angka stunting di Kabupaten Indramayu lebih baik lagi, maka upaya penanggulangan stunting dibutuhkan keterpaduan penyelenggaraan intervensi misi pada lokasi dan kelompok sasaran.
Menurut bupati, untuk mencapai keterpaduan tersebut diperlukan penyelarasan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian multi lintas sektor, serta program di semua tingkatan pemerintahan maupun masyarakat.
\"Saya berharap camat-camat di Indramayu bisa lebih serius dan peduli kepada daerah ataupun wilayahnya dalam menangani angka stunting ini. Karena bagaimanapun camat adalah ujung tombak kepemimpinan di suatu wilayah,\" tegas Nina.
Dimintanya pula kepada para kepala desa, serta ketua RT dan RW untuk bisa memantau dan mensosialisasikan pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu hamil maupun anak balita. Hal ini sangat penting dalam rangka menekan angka stunting sejak dini.
\"Karena RT dan RW berada pada lingkup masyarakat yang kecil, sehingga saya minta tolong pak camat di masing-masing wilayah untuk diperhatikan masyarakatnya akan pentingya penanganan angka stunting,\" ujarnya.
Pada kegiatan itu, Kepala Dinkes Kabupaten Indramayu, dr Deden Bonni Koswara menyebutkan, upaya pencegahan angka stunting di Kabupaten Indramayu setiap tahunnya mengalami penurunan. Data hasil pelaksanaan Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2018 mencapai 20,5 persen, tahun 2019 mencapai 15,7 persen, dan tahun 2020 mencapai 10,24 persen.
Atas hasil BPB dalam waktu 3 tahun terakhir itu, maka berbagai persoalannya perlu diatasi secara bersama-sama melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Kondisi ini berkaitan dengan hasil identifikasi permasalahan yang dilaksanakan Dinkes Indramayu bersama Kemendagri, bhwa belum semua desa memahami kegiatan prioritas untuk menanggulangi stunting di wilayahnya.
\"Intervensi spesifik kalau gampangnya itu yang ada di dalam orangnya, jadi yang kita modif itu ibunya atau bayinya. Tetapi kalau intervensi sensitif yang berada di luar dari orangnya tersebut atau penunjang orangnya, manakala tidak tersedianya jamban di rumah maka anak atau ibunya mudah diare dan terjangkit penyakit lainnya,\" paparnya.
Sementara itu, untuk memaksimalkan upaya yang akan dilakukan secara bersama-sama nanti dituangkan dalam bentuk penandatanganan Komitmen Bersama Pencegahan Stunting tahun 2021 di Kabupaten Indramayu.
Selain bupati dan kepala Dinkes, ikut menandatangani dari unsur IDAI Cabang Indramayu, para kepala organisasi perangkat daerah (OPD), camat, kepala puskesmas, dan kepala desa. Serta ada dari pihak Pertamina RU VI Balongan dan Bank BJB Cabang Indramayu.
Bersamaan dengan itu diserahkan pula piagam penghargaan kepada Kecamatan Pasekan dan Puskesmas Pasekan atas inovasi pencegahan dan penanggulangan stunting.