MAJALENGKA - Pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19 menjadi persoalan serius.
Pemerintah memutus mata rantai Covid-19 dengan membatasi proses belajar mengajar dan dialihkan ke sekolah virtual.
Penerapan pendidikan secara virtual tentu merupakan langkah cepat yang diambil oleh pemerintah.
Namun pendidikan secara virtual atau online hanya bisa dinikmati sebagian masyarakat, lebih khusus hanya masyarakat perkotaan.
Forum Warga Merdesa Kampung Kaputren Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh menggelar “Nganda” dengan tema “Nyakola di Imah”, menghadirkan narasumber dari IPNU-IPPNU Majalengka.
Ketua Forum Warga Merdesa, Amien Halimi, menjelaskan kegiatan diskusi ini merupakan agenda bulanan dengan berbagai tema yang bergantian.
Pendidikan sangat penting, oleh sebab itu, sambung Amien, perlu ada grand desain atau pola pendidikan secara virtual.
“Jelas tidak bisa disama ratakan soal pendidikan secara virtual baik kehidupan di pedesaan dan perkotaan. Jadi bahasan dalam diskusi kali ini soal seberapa efektif pendidikan secara virtual,” ujarnya, Jumat (26/2).
Pemateri dalam acara tersebut, Ketua IPPNU Mariya ulfah dan Ketua IPNU Syifa Nahdllah saechu mengatakan, melihat dari survei yang dilakukan IPNU Jawa Timur, tentang persepsi pelajar tentang dampak Covid-19.
Hasilnya, sebanyak 92,29 persen pelajar menginginkan metode belajar daring yang lebih kreatif dan inovatif.
Mereka setuju penerapan physical distancing atau menjaga jarak aman dengan orang lain.
Sementara 4,79 persen pelajar tidak setuju, dan 2,92 persen menjawab tidak tahu.
Sebaliknya, mayoritas pelajar (88,75 persen) menganggap sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) menjenuhkan dan membuat stres.
Sementara sebanyak 7,50 persen pelajar menjawab tidak setuju dan 3,75 persen menjawab tidak tahu.
“Hasil survei ini menunjukkan bahwa pelajar Jatim memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap wabah Covid-19,” ujarnya.(hsn)