RAKYATCIREBON.ID-Rangkaian tradisi dan ritual menjelang puncak Maulid Nabi Muhammad SAW terus digelar. Salah satunya dengan mencuci alat musik tradisional Gong Sekati Keraton Kanoman Cirebon.
Gong Sekati tersebut akan ditabuh seminggu sebelum memasuki puncak Maulid Nabi yang biasa dikenal dengan upacara Panjang Jimat. Gong sekati dicuci untuk ditabuh mengiringi tradisi Gamelan Sekaten.
Gong yang diperkirakan berusia 750 tahun tersebut merupakan salah satu peninggalan Pangeran Cakrabuana.
Dalam upaya pelestariannya, gong tersebut selalu dimainkan satu tahun sekali. Tepatnya, setiap satu minggu menjelang puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan upacara Panjang Jimat.
Namun, sebelum dimainkan, gong sekati dicuci dulu. Uniknya, proses pencucian gong tersebut tanpa menggunakan bahan kimia.
\"Kami menggunakan bahan alami kalau pakai kimia akan berpengaruh kepada kualitas logam bahan utama gong sendiri dan suara,\" kata Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Muhammad Qodiran, Selasa (27/10/2020).
Patih Qodiran menyebutkan, bahan untuk mencuci gong sekati dari serbuk bata merah, serabut kelapa, hingga bunga, dan merang.
Di antara bahan tersebut, air menjadi penting dalam ritual siraman gong. Merang dan bunga dicampur ke dalam air.
\"Tumbukan bata merah dioleskan ke gong tersebut lalu digosok dengan serabut kelapa,\" ujar Qodiran.
Air yang dicampur bunga dan merang berfungsi sebagai pembilas sekaligus pewangi alami. Dia mengatakan, sebelum disiram, keluarga dan abdi dalem Keraton Kanoman Cirebon bersama memanjatkan doa.
Ritual penyiraman gong sekati tersebut juga dihadiri warga sekitar. Mereka yang datang rela berdesakan mengambil air hasil siraman gong sekati.
\"Warga yang ambil air hasil siraman gong ini meyakini airnya barokah. Biasanya, air untuk disiram ke lahan pertanian agar hasil panennya bagus\" kata dia.
Patih Qodiran menyebutkan, selain prosesi penyiraman, gong sekati juga memiliki nayaga atau pemain gong terpilih. Mereka para nayaga merupakan turunan dari nenek moyang mereka.
Patih Qodiran menjelaskan, rangkaian tradisi penyiraman gong sekati tersebut selain melestarikan warisan leluhur, juga mempererat silaturahmi sesama pemain gong sekati.
\"Jadi pemain gong sekati yang sekarang itu kakek hingga moyangnya juga dulu jadi pemain gong sekati tidak bisa diganti,\" ujar dia. (*)