RAKYATCIREBON.ID-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan instruksi kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Bio Farma.
Instruksi kali ini, yaitu supaya BPPT dan Bio Farma segera memproduksi alat PCR tes dan tes rapid. Itu, kata Luhut, demi memenuhi kebutuhan pemeriksaan dalam negeri.
“Sekarang kita lihat BPPT dan Bio Farma untuk menyusun list apa saja yang dibutuhkan, dan impor produk apa saja yang kita batasi,” ujar Luhut saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Produk PCR dan Tes Rapid dalam Negeri di Jakarta, Jumat (2/10/20).
Luhut juga mengaatakan, mengejar produksi dua jenis alat tes Covid-19 juga bukan tanp sebab. Menurut dia, kapasitas produksi domestik dapat terserap, begitu juga dengan impor bila produksi dalam negeri tidak mencukupi.
“Oleh karena itu, nanti BUMN kita dorong untuk membantu investasi dalam bidang ini,\" kata dia.
Terkait produksi itu, Luhut juga mienugaskan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang betul betul mendorong industri dalam negeri masuk di sektor farmasi.
Secara teknis, Luhut menyebutkan alat tes PCR Bio Farma sudah dapat diproduksi 1.5 juta unit, dan dapat naik 3.5 juta unit per bulan.
“Tapi yang betul-betul mesti diperhatikan adalah stok reagen-nya. Reagen ini saya minta Pak Honesti (Dirut Bio Farma) untuk juga produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri masih terbatas, sekarang bagaimana kita tingkatkan kapasitas itu,” ungkap Luhut.
Reagen ini diperlukan untuk ekstraksi digunakan dalam pengecekan spesimen. Reagen berisi sejumlah senyawa kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit COVID-19.
Menanggapi Menko Luhut, Kepala BPPT Hammam Riza yang juga hadir dalam rakor itu mengatakan, Tim Gugus Tugas BPPT untuk riset inovasi COVID-19 telah siap memproduksi beberapa produk penilaian secara massal.
“Beberapa produk yang digunakan untuk screening. Seperti, tes rapid telah dapat diproduksi secara massal,” jelas Hammam.
Hammam menjelaskan, bekerja sama dengan PT Prodia, PT Tempo Scan Pasific, dan PT Padma mampu meningkatkan produksi tes rapid hingga lebih dari 2 juta unit per bulan.
“Bila kita ingin memenuhi kebutuhan yang proyeksinya 6 juta unit per bulan, dengan asumsi 200 tes per hari, kali 30 hari,” kata Hammam.
Hammam mengklaim, BPPT saat ini telah berhasil membuat alat tes PCR.
“Alat PCR kit yang kita awali bersama pada Bulan Maret bersama dengan startup biomolekuler milik Bio Farma. Sekarang, berhasil memasuki generasi yang kedua. (Itu, red) dengan menggunakan metode multiplex berbeda dengan simulfex karena tingkat akurasi dan kecepatannya,” kata Hammam.