Istri Sedar, Pelopor Politik Perempuan Pertama di Indonesia

Senin 09-03-2020,22:07 WIB
Istri Sedar, Pelopor Politik Perempuan Pertama di Indonesia

 

Kongres Perempuan Indonesia pertama tahun 1928 memang sukses besar melahirkan lebih banyak gerakan perempuan progresif. Kendati demikian, perempuan pada masa itu agaknya masih enggan melepas adat dan tradisi yang menuntut kepatuhan kepada kaum lelaki. Lain halnya dengan Isteri Sedar yang punya keterikatan dengan pemikiran-pemikiran feminis Barat.

 

Berdasarkan tulisan Amelia Fauzia, dkk, dalam Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan (2004: 43), diketahui bahwa berdirinya Isteri Sedar menandai babak baru pergerakan perempuan Indonesia yang diwarnai perdebatan dan pertentangan. Kaum perempuan, khususnya yang datang dari organisasi Isteri Sedar, menjadi lebih blak-blakan saat menentang isu poligami.

 

Pertentangan semacam ini nampak jelas dalam Kongres Perempuan Indonesia II yang diadakan pada 20-24 Juli 1935 di Jakarta. Pada kesempatan itu, Ratna Sari mewakili seksi wanita Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) dari Sumatera Barat menyampaikan pidato yang berapi-api tentang poligami sebagai kewajiban perempuan. Hal ini serta merta mematik perasaan tidak nyaman sebagian perempuan, namun sedikit yang berani mendebat.

 

“Perempuan Minangkabau ini penuh semangat, sangat nasionalis, dan Islam tegar. Ia mengenakan kerudung dan busana tradisional Islam. Kami semua menjadi khawatir. Bagaimana kira-kira reaksi Ibu Pringgodigdo,” tutur Maria Ulfah kepada Saskia Wieringa dalam Penghancuran Gerakan Perempuan: Politik Seksual di Indonesia Pascakejatuhan PKI (2010: 138).

 

 

Kekhawatiran Maria menjadi kenyataan. Seperti yang dikisahkan Gadis Rasid dalam Maria Ulfah Subadio: Pembela Kaumnya (1982: 53), Suwarni Pringgodigdo tanpa ragu langsung menyerbu panggung. Dia sangat marah terhadap ucapan Ratna Sari.

 

Amarah Suwarni lantas berlanjut menyerang laki-laki yang disebutnya mirip seperti ayam jago yang suka mengumpulkan perempuan. Setiap kali sebutan “ayam jago” muncul, sejumlah laki-laki yang duduk di barisan belakang mulai gaduh dan menirukan suara kokoh ayam jantan. Akibatnya, peserta lain tak kuasa menahan tawa kecil.

 

Hati Suwarni pun semakin panas dan suaranya kian melengking. Setelah Suwarni turun podium, anggota Isteri Sedar beriringan berjalan keluar ruangan sebagai bentuk protes. Mereka berhasil dibujuk untuk kembali setelah panitia acara meyakinkan bahwa prasaran Ratna Sari tidak akan dibahas sepanjang sisa kongres.

 

Tags :
Kategori :

Terkait