
Penelusuran Wieringa menyebut Suwarni banyak belajar dan membaca Charlotte Perkins-Stetson, feminis Amerika yang juga seorang penulis novel. Dari sanalah, Suwarni yakin bahwa wawasan kebanyakan organisasi perempuan Indonesia sebelum Kemerdekaan masih sangat sempit karena hanya berkenan mendiskusikan masalah rumah tangga. Akibatnya, Isteri Sedar berulang kali mencela PPII yang dianggap tidak lebih dari perkumpulan istri bangsawan dan putri keluarga menak.
Bagi Isteri Sedar, kemerdekaan perempuan berkaitan pula dengan kemerdekaan bangsanya. Sejak tahun 1932, Suwarni Pringgodigdo sudah memamerkan rambu-rambu agar perempuan bergabung ke dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Suwarni banyak mengutip Bung Karno dan menggunakan istilah perempuan marheinis untuk menyebut anggota Isteri Sedar.
Pada 4 Juni 1950, Isteri Sedar memutuskan untuk melebur diri ke dalam organisasi Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kemudian berubah nama menjadi Gerwani. Cita-cita Isteri Sedar untuk membawa perempuan terlibat dalam usaha mencapai gerakan nasional kemudian dimulai dari titik ini. (*)