RAKYATCIREBON.ID-Kekurangan ketersediaan bahan baku tebu dan tuanya umur mesin Pabrik Gula (PG) Sindanglaut mengakibatkan rendahnya rendemen tebu. Hal itu menjadi salah satu alasan efesiensi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 2 menghentikan produksi PG Sindanglaut Cirebon.
General Manager (GM) PG Sindanglaut, Muhammad Wisri mengatakan, faktor mesin yang berumur lebih dari satu abad menyebabkan efektivitas produksi secara bertahap mengalami penurunan kualitas rendemen tebu yang dihasilkan. Sehingga berdampak pada biaya produksi yang selalu mengalami kerugian hingga puluhan miliar selama 4 tahun terakhir.
“Banyak faktor yang membuat kami harus menutup PG Sindanglaut pada tahun ini, selain kerugian yang terus menerus juga karena mesin PG Sindanglaut ini merupakan tertua di Indonesia,” kata Wisri seusai mediasi yang alot dengan Petani Tebu yang menuntut dibatalkan penutupan PG Sindanglaut Cirebon, Senin (2/3).
Adapun penolakan dari sebagian petani tebu yang meminta agar PG Sindanglaut jangan ditutup, merupakan hal yang wajar. Namun, lanjut Wisri, penutupan PG Sindanglaut sudah menjadi keputusan pihak Direksi PT RNI.
“Ditutupnya PG Sindanglaut sudah menjadi keputusan, adapun untuk pemindahan produk giling tebu pada tahun ini ke PG Tersana Baru Babakan Cirebon dengan kualitas mesin yang lebih efesien,” tutupnya.
Sebelumnya, kebijakan PT RNI 2, salah satu anak perusahaan Badan Usaha Milik Negera (BUMN) yang menutup PG Sindang Laut, membuat para petani tebu di Cirebon meradang.
“Kami petani tebu minta PT RNI mengkaji ulang dan membatalkan penutupan PG Sindang Laut karena dampak sosialnya sangat merugikan kelangsungan hidup para petani tebu di Cirebon,” ujar salah seorang perwakilan petani tebu asal Lemahabang, Mae Azhar, Senin (2/3). (rmol)