RAKYATCIREBON.ID-Peristiwa longsor dan pergerakan tanah yang terjadi di Tol Purbaleunyi Kilometer 118 diprediksi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih berpotensi terjadi. Untuk itu, tebing yang longsor harus segera mendapat penanganan yang baik.
Penyidik Bumi pada PVMBG, Anjar Heriwaseso menyatakan, kondisi di areal tol yang longsor masih banyak digenangi air, termasuk di pesawahan terdampak longsoran sehingga berpotensi menaikan muka air tanah. Hal tersebut membuat tanah menjadi jenuh dan dapat menimbulkan pergerakan akibat peningkatan beban tanah.
“Jadi air yang ada di situ harus keringkan dulu untuk menurunkan muka air tanah dan beban tanah itu sendiri. Kemudian harus membuat penguat lereng apakah dengan beronjong atau penguat lereng lainnya, lalu sebelah-sebelah sawah dibuat terasering untuk mengurangi kecuraman lereng,” terang Anjar saat ditemui, Kamis (13/2).
Kendati begitu, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab bencana yang mengakibatkan 2 rumah rusak parah, 4 rumah rusak berat, 4 rumah terancam, serta 3 hektar sawah yang ada di Kampung Hegarmanah, RT 03/04, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) turut rusak tertimbun.
“Kami sudah melakukan pengecekan kondisi tanah, batu, kemudian ada struktur atau tidak, kita lihat sistem pengairan dan tata kelolanya seperti apa, setelah itu kita melakukan surface mapping menggunakan drone untuk mengetahui sebaran longsor, mekanisme longsor, sampai penyebabnya. Nanti kita bisa simpulkan pergerakan tanah yang terjadi,” ujarnya.
Anjar menerangkan, berdasarkan hasil tinjauan di lokasi, pihaknya menemukan tanah di areal longsor sangat jenuh air, sehingga menambah beban tanah. Selain itu, keberadaan lereng dengan kemiringan antara 22 hingga 25 derajat dapat menimbulkan longsoran.
“Tentunya gravitasi beban tanah itu sendiri sangat mudah terjadi longsoran,” pungkasnya. (rmol)