Riwayat Cirebon Versi Arsip Klenteng Talang

Senin 20-01-2020,07:38 WIB
Riwayat Cirebon Versi Arsip Klenteng Talang

RAKYATCIREBON.ID-Catatan ini berasal dari buku karya Ir. Mangaradja Onggan Parlindungan yang diterbitkan pada tahun 1964 atau 8 tahun sebelum Carita Purwaka Caruban Nagari diterbitkan oleh Drs. Atja, yang mana buku tersebut berjudul Tuanku Rao. Naskah ini menjadi lampiran dalam buku tersebut.

 

Parlindungan menyatakan bahwa ia menerima bahan-bahan buku itu dari orang Belanda yang bernama Poortman yang naskah aslinya berasal dari arsip klenteng Talang di Cirebon. Catatan ini juga sudah dipakai oleh Mr. Slametmuljana dalam bukunya tentang munculnya negara-negara Islam di Indonesia yang berbahasa Indonesia pada tahun 1968 yang dilarang beredar pada masa Orde Baru, dan diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul A Story of Majapahit.

 

De Graaf dan Pigeaud, dua pakar sejarah dari Belanda menyatakan bahwa ketika pertama kali membaca naskah ini merasa asing dan mengabaikannya akan tetapi kemudian menganggap naskah tersebut sebagai objek studi yang berguna.

 

Sedangkan M.C. Ricklefs menyatakan bahwa ke hati-hatian jelas sangat dituntut, menerima semua bagian dalam naskah ini secara apa adanya merupakan tindakan yang bodoh.

 

 

Isi naskah tersebut tertulis, pemukiman Cina Pertama di Gunung Jati, Cirebon. Tahun 1415, Laksamana Haji Kung Wu Ping, keturunan dari Kong Hu Cu (Confusius) mendirikan menara mercusuar di atas bukit Gunung Jati. Tidak jauh dari situ dibangun pula Komunitas Muslim Cina Hanafi, yaitu di Sembung, Sarindil dan Talang. Masing-masing lengkap dengan masjidnya. Kampung Sarindil ditugaskan menyediakan kayu jati untuk perbaikan kapal-kapal. Kampung Talang ditugaskan untuk memelihara dan merawat pelabuhan. Kampung Sembung ditugaskan memelihara mercusuar. Secara bersama-sama, ketiga kampung Tionghoa Islam Hanafi itu ditugaskan pula memasok bahan-bahan makanan untuk kapal-kapal Tiongkok dinasti Ming. Pada waktu itu, daerah Cirebon penduduknya masih jarang tetapi tanahnya sangat subur karena terletak di kaki gunung Ciremai.

 

Tahun 1450 – 1475, sebagaimana pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah, di daerah Cirebon pun Komunitas Cina Muslim Hanafi sudah sangat merosot karena sudah putus hubungan dengan Tiongkok Daratan. Masjid Sarindil sudah menjadi pertapaan karena masyarakat Tionghoa Islam Hanafi di situ sudah tidak ada lagi, sedangkan masjid di Talang sudah menjadi klenteng. Sebaliknya, Masyarakat Tionghoa Islam Hanafi di Sembung sangat berkembang dan sangat teguh imannya di dalam agama Islam. Pada waktu itu perkembangan di Sembung sama seperti di Bagan Siapi-api, Pattani dan Sambas yaitu masyarakat Tionghoa yang terisolasi tetap beragama Islam Hanafi dan tetap menggunakan bahasa Tionghoa untuk mengerjakan ibadah.

 

Ekspansi Kekuasaan Demak di Jawa Barat, tahun 1526, armada dan tentara Islam Demak singgah di pelabuhan Talang. Ikut serta dalam armada itu seorang Tionghoa Muslim peranakan yang pandai bahasa Tionghoa bernama Kin San. Panglima tentara Demak (Syarif Hidayat Fatahillah) serta Kin San dari Talang pergi ke Sarindil, tempat bertapa Haji Tan Eng Hoat, Imam Sembung. Bersama Haji Tan Eng Hoat, tentara Islam Demak secara damai memasuki Sembung.

 

Tags :
Kategori :

Terkait