RAKYATCIREBON.ID-Himpunan Mahasiswa Bahasa Indonesia (HIMABI) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menaruh perhatian khusus pada isu gender. Dilatari masih sempitnya ruang eksistensi bagi perempuan, pemikir gender, KH Husein Muhammad dihadirkan sebagai narasumber tunggal pada Dialog Intreraktif Keperempuanan, Refleksi Gender Perpektif Pendidikan, Selasa (17/12) di Aula FUAD.
Wakil Jurusan Tadris Bahasa Indonesia FITK IAIN Cirebon, Dr Indriya Mulyaningsih MPd mengungkapkan, peran perempuan di ruang publik cenderung dipandang sebelah mata. Hal itu dapat dilihat dari kuatnya paradigma patriarkis di masyarakat.
“Kalau kita lihat masih ada orang tua yang memandang jika pendidikan bagi anak perempuan cukup sampai SMA saja. Hal itu masih menganut paradigma lama dan harus segera dibuang,” ungkapnya kepada Rakyat Cirebon.
Untuk itu, lanjut Indriya mahasiswa sebagai agent of chage and social control perlu dibekali pemahaman gender dalam perpektif pendidikan. Di era keterbukaan informasi, kata dia, perempuan seharusnya tak lagi jadi masyarakat kelas dua setelah laki-laki. Pasalnya, baik perempuan dan laki-laki mendapat hak yang sama dalam pendidikan.
“Kegiatan dialog interaktif ini, setidaknya dapat memberi gambaran, terutama terkait pendidikan, karena selama ini memang untuk di daerah daerah itu mayoritas orang tua kurang begitu memperhatikan pendidikan anak perempuan,” kata dia.
Mahasiswa yang tergabung dalam HIMABI diharapkan mampu memberi penjelasan mengenai peran gender perempuan di dunia pendidikan. Pasalnya, tak ada perbedaan hak dan kewajiban signifikan antara perempuan dan laki-laki.
“Selain itu, lanjutnya diharapkan ini tidak berhenti sampai di sini. Mahasiswa juga diharapkan bisa melakukan sosialisasi ke daerah-daerah, dan pihaknya sebagai dosen pasti akan membantu terkait Pengabdian Masyarakat Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ucap dia. (wan)