RAKYATCIREBON.ID - Nama tajug memang kalah popular di banding masjid. Namun keduanya sama-sama memegang peran penting dalam peradaban Islam di Indonesia. Istilah tajug merujuk dari model bangunan yang berbentuk dasar persegi empat sama sisi dan satu puncak. Model tajug digunakan untuk bangunan suci. Kini istilah tajug dipersempit untuk menyebut musalah, surau atau masjid sekalipun.
Dalam perjalanannya, tajug menjadi tempat Wali Songo (Sembilan Wali) mengajarkan Islam. Salah satunya Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal Sunan Gunungjati. Sunan Gunungjati sangat lekat dengan tajug. Bahkan salah satu petitah-petitih Sang Sunan yang paling popular ialah Insung Titip Tajug lan Fakir Miskin.
Mengejawantahkan pesan Sunan Gunungjati, IAIN Syekh Nurjati Cirebon bekerja sama dengan PBNU dan Kasultanan Kasepuhan menggelar Seminar Halaqoh Kemasjidan Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin dengan tema Masjid Sebagai Benteng Ketahanan NKRI, Sabtu (23/11) di aula pascasarjana kampus setempat. Halaqoh ini menghadirkan Pengasuh Ponpes Cadangpinggan Indramayu, KH Abdul Syakur Yasin (Buya Syakur).
Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr H Sumanta Hasyim MAg mengungkapkan, istilah tajug bukan tak hanya merujuk pada tempat ibadah. Lebih dari itu, tajug dimaknai sebagai basis peradaban Islam di Indonesia. Pasalnya, pada zaman Wali Songo, tajug juga digunakan untuk pemberdayaan dan pendidikan umat tentang keislaman yang moderat.
Sumanta mengatakan, di tengah bermunculannya perselisihan paham beragama antar umat Islam, pemahaman tentang tajug diharapkan mengembalikan ruh beragama Islam yang ramah, moderat serta memberdayakan. “Jangan sampai tajug atau masjid yang kita kenal sekarang dijadikan simbol belaka bahkan menjadi tempat perseteruan akibat gesekan politik dan lain sebagainya,” ujar dia.
Sebagai bagian dari PTKIN, IAIN Cirebon berkomitmen memakmurkan tajug baik musalah atau masjid dengan mencetak alumni yang siap berkhidmat kepada masyarakat melalui agama. “Banyak alumni IAIN Cirebon yang kiprahnya mendukung moderasi beragama dalam pendidikan Islam,” kata dia.
Sementara itu, di bidang pemberdayaan masyarakat kurang mampu, IAIN Cirebon juga membuka beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi. Ada banyak beasiswa yang bisa dimanfaatkan, Salah satunya beasiswa Bidik Misi dan beasiswa tahfidz. Tak tanggung-tanggung, dalam tahun ini saja IAIN Cirebon mengucurkan dana Rp6,5 miliar untuk beasiswa mahasiswa.
“Inilah komitmen kami. Jadi IAIN Syekh Nurjati Cirebon sudah melaksanakan titipan para wali tersebut dengan program-program yang digulirkan,” tegas Sumanta. (wan)