RAKYATCIREBON.CO.ID - Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DPOKP) Kota Cirebon, Dana Kartiman menyebut, potensi wisata sejarah di Kota Cirebon lambat laun bisa ditinggalkan.
Menurut Dana, peminat wisata sejarah di Kota Cirebon didominasi kaum tua. Sedangkan wisatawan muda cenderung menyenangi objek – objek wisata alam.
Usia 30 tahun ke bawah sudah tidak tertarik wisata sejarah,” ungkap Dana saat ditemui Rakyat Cirebon di ruang kerjanya, Jum’at (2/2).
Menurut Dana, wisata sejarah terbilang sepi peminat. Lantaran kalah menarik dengan wisata alam yang menyuguhkan keindahan dan lebih banyak hiburan.
Hal itu diperkuat dengan pilihan destinasi wisata terbaik di Indonesia yang mencatat hanya dua saja dari sepuluh tempat wisata, yang termasuk wisata sejarah.
“Wisata budaya ini fluktuatif, tidak seperti wisata alam. Sebab dari sepuluh destinasi wisata terbaik di Indonesia, delapan destininya didominasi wisata alam. Seperti, danau Toba dan Kepulauan Seribu. Hanya dua yang kebudayaan yang diminati, yakni Borobudur dan Prambanan,” tegas dia.
Hal itu, kata Dana, menjadi salah satu tantangan dinas yang dipimpinnya dalam meningkatkan kunjungan wisata ke Cirebon. Dana juga mengingatkan pada pelaku wisata sejarah mulai mendekati generasi muda. Hal ini agar tertarik dengan wisata sejarah yang menjadi kekayaan Cirebon.
Selama ini, kata Dana, wisatawan yang datang ke Cirebon seiap tahunnya banyak yang tertarik. Karena banyaknya destinasi wisata kuliner dan tempat – tempat hiburan. Bahkan, setiap tahun jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat 20 persen.
Meski demikian, Dana optimis Kota Cirebon tetap unggulkan wisata sejarah sebagai kekayaan yang harus dikelola dan dilestarikan.
“Jangan sampai masing-masing di daerah ini memiliki program yang sama. Agro wisata ada di Majalengka, Indramayu misalnya mengembangkan wisata Cimanuknya, Kuningan mengembangkan wisata gunungnya,” ujar dia.
Lebih lagi seiring pesatnya pembangunan insfrastruktur yang mempermudah kedatangan wisatawan dari dan menuju Cirebon. Cirebon harus betul-betul mempercantik diri.
“Sisi itulah yang bisa kami kemas. Sehingga ini bisa menjadi suatu kekuatan dan memang saat ini ketika Kertajadi (BIJB, red) dibangun kita harus kuat. Jangan sampai kita kewalahan, ketika itu ada kita dilewati,” ujarnya. (wan)