Sawah Kekeringan, Petani Jadi Perajin Batubata

Sabtu 23-09-2017,10:04 WIB

KLANGENAN – Demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di musim kemarau, para petani di Desa Pekantingan, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon terpaksa  berganti profesi sebagai pembuat  batu bata  di sawah.
Petani di desa Pekantingan terpaksa alih profesi jadi perajin batubata. Foto: Dandy/Rakyat Cirebon
Sepanjang musim kemarau panjang ini tidak sedikit sawah yang tidak mendapatkan air untuk proses penanaman padi. Bahkan yang sudah terlanjur tanam juga diragukan bisa dipanen karena kurangnya air di sawah. Karena persoalan itulah banyak petani khususnya di Desa Pekantingan beralih profesi menjadi membuat batu bata.

Sebelum membuat batubata, para petani menggali sawahnya yang memang sudah kering. Kemudian diproses membut batu bata  sampai dengan pembakaran dilakukan di areal persawahan.

Kuwu Desa Pekantingan, Didi Junaedi, mengatakan, kalau sebagian besar masyarakatnya berprofresi sebagai petani, namun untuk menyambung hidup pada saat musim kemarau ini, banyak masyarakat yang beralih menjadi pembuat batu bata.

“Desa Pekantingan dan sekitarnya memang sejak dulu terkenal dengan pengrajin batu bata, terlebih pada musim kemarau ini,” ujar Didi, saat dikonfirmasi, beberapa waktu lalu.

Dikatakan Didi, sawah yang ada di desanya ini sebagian besar adalah sawah tadah hujan, yang mana air untuk areal persawahan berharap dari hujan yang turun. Sedangkan saluran irigasi tidak berfungsi dengan maksimal.

“Saluran irigasi yang ada kondisinya tidak ada air, kalau pun ada itu hanya beberapa hektar sawah saja yang bisa dialiri air, sedangkan sebagian lagi dibiarkan mengering oleh petani, dan tanah yang sudah retak diambil oleh para petani untuk dijadikan batubata,” katanya. 

Dengan cuaca yang cukup terik, dikatakan Didi, proses pembuatan batubata lebih baik dan kualitas dari batubata juga bisa bersaing dengan batubata yang sudah ada di pasaran. Tidak hanya itu, selain umtuk memenuhi kebutuhan batu bata di Cirebon ini, batu bata dari desa Pekantingan ini juga biasanya dikirim ke berbagai daerah di luar Cirebon.

“Harga jual juga cukup lumayan, jadi bisa menutupi kebutuhan para petani selama musim kemarau ini saya rasa cukup, sebenarnya kalau dibandingkan bercocok tanam hasilnya memang tidak seberapa,” ujarnya.

Didi berharap kepada pemerintah daerah untuk bisa mengatasi permasalahaan saluran irigasi yang melintas di desanya.

“Karena semua sawah tadah hujan jadi petani kami hanya bisa tanam 1-2 periode saja, kalau air dari Waduk Jatigede bisa disalurkan kami optimis sawah kami bisa tanam sampai 3 periode,” tambahnya. (dym)
Tags :
Kategori :

Terkait