DARAH seni telah mengalir dalam tubuh dara cantik kelahiran 30 November 1996 silam. Alinda Utami memilih menggeluti kesenian tradisional yang merupakan kekayaan budaya lokal nusantara.
Kesenian tradisional, menurut Alin, merupakan kekayaan serta aset bangsa yang menjadi ciri khas dari daerah. Tetapi keberadaannya sekarang telah dikalahkan dengan maraknya fenomena budaya luar yang telah masuk. Sebut saja seperti K-pop dan Hip Hop, yang dianggap lebih modern dari kesenian tradisional.
Hanya saja, menurut Alin, sebagai anak bangsa, sangat naif manakala tergiur dengan kesenian luar, sementara kekayaan seni nusantara ditinggalkan. Maka dari itu, Alin, lebih menyenangi seni tradisional, demi melestarikan kekayaan budaya di Indonesia.
“Namanya budaya bagaimanapun juga harus dilestarikan, siapa yang ngelestariin kalau bukan kita, anak mudanya,” tegasnya.
Bagi generasi muda, Alin pun mengaku menyenangi K-pop, tetapi ia berprinsip tidaklah cukup manakala hanya menguasai K-pop, maupun Hip Hop, sementara untuk seni tradisionalnya nihil.
Maka dari itu, ia mewajibkan diri untuk bisa minimalnya menguasai salah satu tari tradisional khas daerah.
“Kalau nggak begitu, namanya gue pengkhianat, bisa dancer tapi nggak bisa tari tradisional,” ucap pemilik prestasi the best performance dalam Unjuk Kabisa Pasanggiri Nok Kacung Kabupaten Cirebon 2017.
Alin mengatakan, bahwa seni tradisional sudah saatnya melakukan terobosan baru agar bisa lebih mudah diterima. Salah satunya dengan cara mengemas lebih kekinian, tanpa mengurangi nilai aslinya maupun pakemnya.
\"Biar fleksibel, bisa menyesuaikan perkembangan zaman,\" tutup pemilik predikat Top 5 Nok Kacung Kabupaten Cirebon 2017 ini. (zen)